Kamis, 03 Mei 2012

sesungguhnya Allah Akan Memberi Balasan Baik Kepada Orang Yang Benar Karena Kebenarannya Dan Menyiksa Orang-Orang Yang munafik

[imagetag] www.up2det.com [imagetag] 

Dalam sebuah shalat Jumat Khatib berwasiat kepada diri khatib dan mengajak kepada Jama'ah marilah kita meningkatkan ketaqwaan kita kepada Allah SWT dengan melaksanakan seluruh perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya.


Sifat jujur dan adil  merupakan inti dalam ajaran Islam. Ada anekdot dalam masyarakat "Mencari orang pinter di negeri ini sungguh banyak, tetapi mencari orang yang jujur (bener/lurus) menjadi hal yang teramat langka dan suulit". 
Kejujuran menempati kedudukan istimewa dalam ajaran Islam, karena ia merupakan penopang/penyangga jalan kebaikan bagi manusia. Menurut Al-Qusyairi, kejujuran menempati kedudukan setingkat di bawah kenabian, sebagaimana firman Allah SWT:
''Dan barangsiapa yang menaati Allah dan Rasul-Nya, maka mereka itu akan bersama-sama dengan orang-orang yang dianugerahi nikmat oleh Allah, yaitu para nabi dan orang-orang yang menetapi kebenaran.'' (QS An-Nisa [4]: 69).
Alquran memuji orang-orang yang jujur lebih dari lima puluh kali. Salah satunya yang termaktub dalam surah al-Ahzab [33] ayat 24:
''Supaya Allah memberikan balasan kepada orang-orang yang benar itu karena kebenarannya, dan menyiksa orang-orang munafik jika dikehendaki-Nya, atau menerima taubat mereka.''
Kejujuran yang bagaimanakah yang dimaksud oleh Alquran itu?
Salah satu cirinya adalah jika batin seseorang serasi dengan perbuatan lahirnya.
Sebagaimana diriwayatkan Abu Qilabah bahwa Umar bin Khathab RA melarang umat Islam menilai dan melihat puasa atau shalat seseorang, tetapi hendaknya melihat kejujuran ucapan seseorang jika ia berbicara, amanahnya jika ia diberi tanggung jawab, dan kemampuannya meninggalkan apa pun yang meragukan jika mendapat kenikmatan dunia.
Inti kejujuran adalah jika seseorang berkata benar dalam situasi-situasi di mana hanya dusta yang bisa menyelamatkannya.
Pernyataan senada juga diutarakan Imam Thabari. Ia menekankan pentingya seseorang berkata dan berbuat jujur dalam kehidupan sehari-hari, walaupun kejujuran itu akan membunuh atau membinasakannya.
Contoh ideal dalam hal ini tentunya Rasulullah SAW. Kejujuran beliau yang mencerminkan ketinggian akhlak yang mendapat pujian Allah SWT seperti disebutkan   ''Dan engkau sungguh mempunyai akhlak yang agung.'' (QS al-Qalam [68]: 4).
Berlaku jujur merupakan sendi pokok dalam membangun keluhuran moral dan mental suatu bangsa untuk menciptakan keadilan dan kehidupan sosial yang lebih harmonis dan tenteram dalam suatu masyarakat, bangsa dan negara.
Oleh karena itu, kejujuran mesti tertanam dalam jiwa semua orang yang beriman.  Berkata bohong, berkomentar yang tidak berdasarkan fakta dan informasi yang benar, justru akan menyebabkan fitnah dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara termasuk akan merusak sendi-sendi keadilan.
Selayaknyalah kita sama-sama menjaga kebersamaan dengan menjunjung tinggi kejujuran dan keadilan demi terciptanya keluhuran moral dan bermartabat bangsa.
Jama'ah yang dirahmati Allah Allah SWT,
Potret kondisi suatu masyarakat dimana telah terjadi ketidakjujuran, keadilan, kemunafikan, khianat,  fitnah dsb, telah terekam dan diabadikan dalam Al Qur'an surat an Nisaa' 105-113: Artinya:
"Sesungguhnya Kami telah menurunkan Kitab kepadamu dengan membawa kebenaran, supaya kamu mengadili antara manusia dengan apa yang telah Allah wahyukan kepadamu, dan janganlah kamu menjadi penantang (orang yang tidak bersalah), karena (membela) orang-orang yang khianat, (QS. 4:105).
1. Al Qur'an diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW untuk dijadikan pedoman dalam menetapkan hukum baik hal-hal yang menyangkut hablumminallah dan hablumminannas.2. Rasulullah dilarang membela orang yang khianat, tidak jujur, dan pembohong, dan pemberi kesaksian palsu.
3. Para penghianat biasanya menyembunyikan kejahatannya terhadap manusia karena takut akan terbuka rahasianya. Tetapi Allah mengetahui segala apa yang tersembunyi dalam hati mereka.
4. Meskipun para penghianat itu dapat lolos dari hukuman di dunia karena kepintaran mereka membolakbalikkan fakta/persoalan, namun di akhirat mereka tidak akan terlepas dari siksa dan Adzab Allah SWT.
5. Orang-orang yang berbuat kejahatan kemudian menuduh orang lain yang tidak bersalah, akan mendapat dua dosa, yaitu dosa atas kejahatannya dan dosa atas tuduhannya yang tidak benar (fitnah) itu.6.       Orang-orang yang terlanjur berbuat kejahatan atau kezaliman kemudian dia benar-benar bertaubat, maka Allah akan menerima taubatnya.[*]

Sumber : Demikian khutbah singkat yang dapat khatib sampaikan pada hari Jum'at 2 April 2010 di Masjid Al Huda  Abdul Aziz Jatisari Kota Bekasi  mudah-mudahan ada menfaatnya. Amin. H. Ibnu Subroto, S. Sos 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.