“Suka bertingkah aneh-aneh, tidak wajar, lucu dan menggelikan. Kemauannya tidak jelas, sulit untuk dimengerti orang. Suka mengancam, menakut-nakuti dan menggertak orang. Sering marah-marah dan mengamuk tanpa ada sebab yang jelas.”
“Suka mengejek, merendahkan orang lain. Bahkan kalau menghukum orang merasa bangga dan merasa diri hebat. Tidak mau mainannya diganggu. Teritorialnya tidak boleh dimasuki orang.”
“Egois, mau menang sendiri, kurang memiliki rasa toleransi. Sok disiplin, sok peraturan, tidak ada keluwesan sama sekali. Suka cekcok dan berantem dengan sesama “SPECIES”. Tega menekan dan memeras sesama ‘bangsa”.
“Tidak peka pada perasaan orang lain, sulit diberitahu, …ndableg…Merasa paling kuat, paling besar dan paling berkuasa tetapi kalau kalah cepat lari. Anggap enteng orang, tidak menghargai sesamanya”.
“Merasa paling berjasa, sok pahlawan, sok penting, suka pamer, suka ngambeg, murung, bersikap masa bodo dan tidak bertanggung jawab. Berani hanya di kandang sendiri (jago kandang). Badan segede gunung, nyali cuma sekecil kacang ijo. Amit-amit deh”. Sumber inspirasi : Albert Bernstein : “DINOSAURUS BRAIN”, 1989.
Maksud LPPSDM Jakarta melansir Dinosaurus Brain, Karya Albert Bernstein di atas bukanlah untuk menyindir para pemimpin, namun diarahkan sebagai bahan kajian para manajer muda, agar mau dan mampu merubah perilaku pribadi mereka menjadi perilaku kelompok. Karena sangat disadari kepemimpinan masa depan bukanlah kepemimpinan pribadi/individual, melainkan kepemimpinan antar pribadi, kepemimpinan kolektif, kepemimpinan multi budaya dan bahkan Rosabeth Moss Kanter menyebutnya sebagai : Pemimpin Kosmopolitan (The Drucker Foundation : The Leader of The Future ; 1997, Hal 89). James F. Bolt menyebutnya : Pemimpin Tiga Dimensional (hal : 161).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.