Dikutip dari The Naked Science, petrichor berasal dari 2 kata dalam bahasa Yunani, yakni petros yang berarti batu dan ichor yang berarti air. Dalam mitologi Yunani, petrichor merupakan cairan halus yang mengalir di dalam nadi para dewa. Para peneliti meyakini, senyawa yang memiliki nama kimiawi 2-decanone ini dilepaskan oleh tumbuh-tumbuhan pada musim kering lalu diserap oleh tanah dan bebatuan.
Oleh bebatuan, senyawa itu dilepaskan kembali ketika kelembaban udara mengalami perubahan drastis misalnya menjelang dan sesudah hujan turun. Hingga kini, teori yang dikembangkan oleh ilmuwan CSIRO ini dinilai paling dapat menjelaskan fenomena bau khas yang tercium sebelum dan sesudah hujan.
Ada juga teori lain yang mengatakan, bau khas saat hujan disebabkan oleh spora yang dihasilkan oleh bakteri bernama actinomycetes. Bakteri ini biasanya hidup di tanah basah, namun mudah mati ketika tanah itu kering atau kehilangan kelembaban. Sebelum mati, bakteri tersebut meninggalkan telur-telur dalam bentuk spora yang memiliki daya tahan jauh lebih kuat. Dalam kondisi tanah kering, spora itu mengalami hibernasi sehingga bisa hidup hingga bertahun-tahun.
Ketika hujan turun membasahi tanah, spora-spora itu hidup kembali dan beberapa di antaranya melepaskan diri dari tanah dan terhirup oleh manusia. Bau hujan yang khas itu sebenarnya merupakan spora yang terhirup oleh manusia.
Teori ini dikuatkan dengan hasil eksperimen, yang membutikan bahwa pembiakan spora actinomycetes di laboratorium dapat menghasilkan bau mirip hujan. Namun teori ini tidak menjelaskan bau serupa yang kadang-kadang sudah muncul sesaat sebelum hujan turun.
Oleh bebatuan, senyawa itu dilepaskan kembali ketika kelembaban udara mengalami perubahan drastis misalnya menjelang dan sesudah hujan turun. Hingga kini, teori yang dikembangkan oleh ilmuwan CSIRO ini dinilai paling dapat menjelaskan fenomena bau khas yang tercium sebelum dan sesudah hujan.
Ada juga teori lain yang mengatakan, bau khas saat hujan disebabkan oleh spora yang dihasilkan oleh bakteri bernama actinomycetes. Bakteri ini biasanya hidup di tanah basah, namun mudah mati ketika tanah itu kering atau kehilangan kelembaban. Sebelum mati, bakteri tersebut meninggalkan telur-telur dalam bentuk spora yang memiliki daya tahan jauh lebih kuat. Dalam kondisi tanah kering, spora itu mengalami hibernasi sehingga bisa hidup hingga bertahun-tahun.
Ketika hujan turun membasahi tanah, spora-spora itu hidup kembali dan beberapa di antaranya melepaskan diri dari tanah dan terhirup oleh manusia. Bau hujan yang khas itu sebenarnya merupakan spora yang terhirup oleh manusia.
Teori ini dikuatkan dengan hasil eksperimen, yang membutikan bahwa pembiakan spora actinomycetes di laboratorium dapat menghasilkan bau mirip hujan. Namun teori ini tidak menjelaskan bau serupa yang kadang-kadang sudah muncul sesaat sebelum hujan turun.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.