Rabu, 08 Juni 2011

Pengalaman Hidup

Berikut 8 poin yang tak sabar lagi untuk keluar dari isi pikiran, hati, dan hidup yang kujalani selama ini. 8 poin ini merupakan kumpulan pengalaman hidup pribadi maupun orang yang ada disekitar saya. Selama menjalani masa pacaran yg penuh dengan pahit manis yang bercampur aduk, banyak hal yang saya pelajari. Ini hanyalah sebagian kecil dari pengalaman yang ada, semoga membantu kita semua. Siapa tahu poin-poin ini dapat menjadi panduan, pegangan maupun masukan bagi siapa saja yang membutuhkan…
  1. Jika kamu (wanita) dan seorang lelaki mempunyai perasaan yang sama, alias “suka sama suka”, belum tentu ia adalah pasangan yg tepat untukmu. Karena “perasaan suka” tidak dapat menjadi dasar dan menepis semua hal lain yang dibutuhkan dari seorang pasangan yang tepat. Buat wanita yang seringkali mengandalkan perasaan, jangan tergesa-gesa membuat sebuah keputusan. Begitu pula dengan laki-laki, jgn terlalu mudah “pacaran atas dasar suka” sebelum mengetahui luar dalamnya.

  2. Sering orang berkata, “Masa pacaran adalah masa untuk mencari pasangan yg terbaik, jadi kalau aku gonta-ganti pacar, nggak papakan? Namanya juga proses pencarian..”Sungguh pandangan yang menurutku aneh. Justru masa mencari pasangan yang terbaik adalah “masa bersahabat”. Bersahabatlah sebanyak-banyaknya, kenali semua kandidat yang mungkin saja suatu hari nanti akan menjadi pasanganmu. Sedangkan masa pacaran adalah masa dimana kamu berkomitmen mengenali pasangan kamu lebih dalam, membangun hubungan yang serius, serta membicarakan masa depan (meski kamu masih muda, tapi justru baik jika memiliki planning masa depan yang baik, bukan berarti kamu mau nikah muda, dsbnya). Grow up! everything must be in your planning.. jangan berjalan sesuai dengan aliran air yang nggak tahu akan membawa kamu kemana perginya.
    Coba pikir kalau kamu memegang prinsip masa pacaran adalah masa pencarian, berapa banyak pasangan yang akan kamu ‘uji coba’? berapa banyak pihak yang akan kamu sakiti? dan begitu juga dengan diri sendiri tersakiti, jatuh bangun dalam berpacaran, kuliah terganggu, dsbnya. Justru pencarian itu terdapat pada masa bersahabat, dan akan meminimalisir pihak-pihak yang tersakiti.

  3. Jika kamu tidak yakin akan menikah dengan orang ini suatu saat nanti, maka kamu juga nggak bisa semudah itu mengambil keputusan untuk berpacaran dengan orang tersebut. Salah satu teman saya awalnya berpacaran dengan seseorang yang berbeda kepercayaan. Yahh hanya pacaran kok, toh aku juga nggak akhirnya akan nikah sama dia, begitu awal pikirannya. Hanya untuk mengisi kekosongan hati kurasa. Sadar atau tidak, wanita itu haus dengan perhatian laki-laki (baru kusadari ketika membaca buku “every young women’s battle”). Hanya saja kadang wanita suka menggunakan cara yang salah demi tercapainya kehausan akan perhatian. Salah satunya ya dengan mengisi status pria didalam hidupnya tanpa mikir panjang. Ahkirnya sampai sekarang hidup berlanjut dengan dilema, terlanjur sayang, hubungan sudah berjalan lama, tetapi terdapat perbedaan agama. Nggak cuma agama, bisa juga orangtua yang nggak menyetujui, akhirnya hubungan terpaksa harus terputus ditengah jalan.
    Yang sakit siapa? Kamu dan pacarmu. Jadi, kalau tidak yakin akan menikah dengan dia, kenapa harus coba-coba untuk pacaran? Jangan berpikir, ahhh ngapain pikir jauh-jauh, akukan masih muda gitu lho.. Keputusanmu hari ini menentukan masa depanmu, sayang. Setelah menonton film “What May Come” saya semakin terkagum-kagum, dan merasa sangat kecil jika dibandingkan dengan prinsip yang dipegang tokoh utama wanita di film tersebut. Seorang wanita seharusnya jangan begitu mudah menyerahkan hatinya untuk seorang pria.
    Hati wanita begitu rapuh, rentan tersakiti, jadi jika kamu tidak menyerahkannya kepada orang yang tepat, siap-siaplah untuk tersakiti dikemudian hari. Sebelum yakin dengan orang yang akan menjadi calon pasanganmu, jangan menaruh keyakinan untuk menaruh hatimu padanya
    . Saya ingat perkataan salah seorang sister, “jika tidak yakin, jangan terlalu serius pacarannya..” Namun sebenarnya pernyataan yang tepat adalah “jika tidak yakin, jangan berani untuk pacaran dan akhirnya tersakiti,,” T.T biarpun tidak serius dalam menjalani suatu hubungan, akuilah wanita sangat lemah dengan perasaannya..

  4. Mengambil keputusan di masa tenang. Jika dikampus ada yang namanya “minggu tenang”, yaitu jatah waktu yang diberikan kampus kepada mahasiwa untuk mempersiapkan ujian semester. Nah, ketika kamu ingin mengambil keputusan apakah akan menjalani hubungan pacaran dengan seseorang, milikilah masa tenang terlebih dahulu. Hal ini untuk menghindari pengambilan keputusan yang hanya mengandalkan perasaan tanpa adanya logika. Ambil waktu dimana kamu tidak bertemu dengan si dia, atau jalan bareng, atau melakukan aktivitas lainnya bersama, sehingga perasaan suka mu tidak mendominasi pikiranmu. Bisa dalam waktu seminggu, sebulan, bahkan ada yang sampai berbulan-bulan. Rentang waktu tentu saja tidak mutlak, bergantung pada diri orangnya masing-masing. Yang penting sampai kamu benar-benar bisa menenangkan perasaan dan menjaga hati tetap murni. Tentu saja satu hal yang penting, doakan itu, tanya Tuhan. Jangan mengambil keputusan sendiri jika kamu mengaku sebagai orang yang ber-Tuhan. Hal yang juga sangat penting, belajar membedakan suara keinginan hatimu dengan keinginan Tuhan.

  5. Jangan mengambil keputusan tanpa masukan dan pendapat orang lain. Taik kambing serasa coklat, Cinta itu buta, de el el… Semua perkataan itu sebenarnya mau menggambarkan perasaan cinta menggebu-gebu yang bisa menutup mata hati kita dari kenyataan yang sesungguhnya. Tanyakan pendapat orang-orang yang mengenal kalian berdua secara luar dalam. Jangan menanyakan kepada orang yang sama sekali tidak mengenal calon pasanganmu dan juga yang tidak mengenal kamu sama sekali. Karena hasilnya akan: SAMA SAJA… Atau tidak ada satu orang pun yang mengenalmu dan calon pasanganmu secara bersamaan? Itu sudah menjadi salah satu gejala hubungan tak sehat. Namun bisa segera mengenalkannya bukan? Menanyakan kepada orang-orang yang sudah mengerti dan pernah menjalani proses berpacaran itu. Seseorang yang sudah banyak memakan “pakit manis”nya cinta. Jangan sok kuat dan menjalani semuanya sendiri. Saya ingat perkataan ibu gembala dalam suatu pengajaran sister, “saya memilih untuk belajar dari pengalaman orang lain, daripada mencoba-cobanya sendiri” (kira-kira begitulah inti perkataanya). Daripada kamu jatuh bangun, sakit-sakit sendiri? Lebih baik miliki buku panduan dari orang-orang yang berkompeten, bukan?

  6. Pria suka yang minim? Ingat iklan salah satu parfum pria di televisi? Banyak wanita tertipu dengan pandangan itu. Wanita sering mengira dengan berpakaian yang minim dan sexy, justru pria akan semakin kesengsem dengannya. Sadarlah, betapa bodohnya pemikiran itu. Awalnya juga saya mengira pria itu sangat suka wanita yg sexy-sexy. Tapi ternyata memang godaan terbesar pria adalah dari pandangan visual matanya. Jadi kalau kamu mau membawa seorang pria jatuh ke dalam dosa, silakan berpakaianlah seminim mungkin dihadapannya. Dijamin manjur dan TOP MARKOTOP! Tetapi apakah pria akan mempertimbangkan untuk membangun hubungan yang serius dengan wanita seperti itu? Setelah membaca beberapa buku yang ditulis pakar yang berpengalaman mengenai “relationship” serta menanyakannya kepada beberapa pria terdekat, jawabannya adalah: TIDAK. Pria tidak suka wanita ‘gampangan’.
    Gampang mengekspos tubuhnya, gampang berlenggak lenggok mencari perhatian pria. Pria memang suka melihat yang indah, yang sexy, tapi bukan yang gampangan. Nah ketika seorang wanita ingin berpakaian, bijaklah jika ia bertanya kepada dirinya sendiri, “Apakah saya berpakaian untuk mencari perhatian orang disekitar saya?” Jika jawabannya tidak, silakan, karena pakaian itulah yang akan menggambarkan jati dirimu. J
    angan bertanya pertanyaan yang berkompromi seperti, “Apakah pakaian saya terlalu menampakkan bagian yang tak seharusnya menjadi konsumsi publik?” akan ada banyak jawaban yang mengkompromikan batasan yang berbeda-beda.
    Godaan pakaian minimmu justru akan membuat laki-laki tertantang dan tergoda untuk membangun hubungan yang “tak serius” denganmu. Dan ketika seorang laki-laki meminta ‘lebih’, sering wanita merasa menjadi korban dari lelaki. Wanita suka berkata, “Kami wanita tidak akan mengalami pencobaan ini, jika laki-laki tak meminta lebih dan melakukan hal yang aneh-aneh.” Namun, tahukah kamu apa yang sebenarnya dipikiran sisi lelaki? seorang lelaki menanggapi, “kami kaum lelaki takkan berusaha keras menghadapi cobaan dan godaan ini jika saja wanita mau menghormati dirinya dengan berpakaian rapi dan tidak minim,”

  7. Hubungan jarak jauh? Wah soal hubungan jarak jauh, saya masih belum tahu jelas. Saya hanya bisa berpendapat ada dua poin penting dalam hubungan jarak jauh: Komitmen berkomunikasi yang baik dan secara continue (bisa dengan telepon, sms, atau bergantian bekunjung namun harus secara kontinu). Yang kedua adalah miliki mentor (seseorang yang bisa menjadi penengah diantara kalian ketika terjadi masalah). Dari sisi wanita, ada satu, serta di sisi lelaki juga. Jadi ada dua mentor yang saling memonitorin hubungan jarak jauh kalian. Bukan kontrol, tapi monitor, membantu melihat hal-hal yang kadang tak bisa dilihat oleh diri sendiri.

  8. Ketika wanita mengoceh, dan pria terdiam. Ini sudah pasti dalam keadaan dimana wanita berkata-kata tiada henti sedangkan pria lebih memilih untuk diam. Wanita bagaimanapun ingin mengungkapkan isi hatinya, apa yang ia rasakan atas sesuatu hal yang telah pria lakukan dan wanita menganggap itu hal yang salah. Namun terkadang karena menggunakan cara yang salah, sehingga pria memilih diam, karena mengganggap “kalau dijawab pasti dianggap salah lagi”. Padahal mungkin saja maksud si pria bukanlah seperti yang ditanggap wanita. Akhirnya ketika wanita selesai berkata-kata, pria tidak memberikan respon, semakin luarbiasalah perasaan wanita yang geram dan tersinggung atas perlakukan pria. Hehehe… sungguh dua sosok yang berbeda.. Ketika tidak menyadari hal ini, yang ada adalah sama-sama tersakiti dan menyakiti. Lebih baik sadari terlebih dahulu bahwa wanita dan pria berbeda. God Love You.. :) just reliaze that God love you and want the best partner for you.. so don’t choose the wrong partner based on your heart and your own desire. Saya teringat perkataan Pastor Harvey Walker, bahwa pasangan yang tepat akan membuatmu semakin bertumbuh, menjadi lebih baik dari waktu ke waktu, menjadi semakin dekat dengan-Nya. Namun pasangannya yang salah hanya akan membebani, membuat kita tak bersemangat, semakin buruk, dan semakin jauh dari Tuhan. Tuhan nggak mungkin kasih sesuatu yang akan menjauhkan dirimu dari-Nya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.