Kamis, 09 Juni 2011

Humor Part 1

Mobil Dirampok

Telepon berdering di kantor polisi. Di ujung telepon terdengar suara seseorang yang kedengarannya mabuk berat.
"Mereka -hik- telah merampok -hik- mobil saya! Pedal rem, pedal gas -hik- dan setang kemudi hilang -hik- hilang!"
Seperempat jam kemudian telepon berdering lagi. "Tentang mobil yang dirampok tadi -hik!" Suara yang sama berkata lagi. "Ternyata salah! Saya -hik- tak sengaja -hik- duduk di bangku belakang -hik!"


Perampokan di Bank

Siang itu sekelompok perampok nekat beraksi di sebuah bank di jantung kota. Mereka membawa senjata api.
Salah seorang perampok menodongkan senjatanya ke arah kasir. "Serahkan semua uang yang ada di brankas, atau nama kamu tinggal pulang!!!" ancam si rampok.
Sambil ketakutkan si kasir menjawab, "Maksud bapak 'pulang tinggal nama' ngkali?"
"Jangan coba-coba mengalihkan pembicaraan!" kata si rampok.


Siska

Ketika Eko sedang asik-asiknya baca koran, Susi istrinya mengendap-endap dari belakang dan kemudian memukulkan wajan ke kepala suaminya.
Eko: "Apa-apaan kamu ini??!! Kenapa kepala gua dipukul?"
Susi: "Eh, tadi waktu cuci celana kamu, aku ngeliat ada nama Siska di secarik kertas. Siapa dia? Kamu selingkuh ya?!!!"
Eko: "Oooohhh...itu. Inget 'kan waktu aku ke lomba pacuan kuda minggu lalu? Nah, Siska itu adalah nama kuda. Aku bertaruh untuk kuda itu!"
Susi kayaknya puas dengan jawaban Eko. Ia kemudian meminta maaf pada suaminya dan kembali memasak di dapur. Keesokan harinya Eko kembali membaca koran di ruang tamu. Diam-diam Susi mendekatinya dan -- lagi-lagi -- memukul kepala Eko dengan wajan.
Eko: "Ada apa lagi, hah????!!!!!"
Susi: "Tadi kudamu nelpon!"


Kopi Rasa Racun

Pengadilan hari itu hendak memutuskan sebuah perkara pembunuhan yang melibatkan seorang perempuan. Cewek ini dituduh membunuh sang suami dengan meracuni kopinya.
Perempuan ini mengakui semua perbuatannya dan kayaknya hukuman 20 tahun penjara nggak akan terhindarkan. Si pengacara pusing tujuh keliling untuk membela kliennya. Rasa-rasanya nggak ada celah yang bisa digunakan untuk meminta belas kasihan hakim. Untuk terakhir kalinya, si pengacara menghampiri kliennya yang tampak pasrah.
"Ibu Sugeng," kata si pengacara. "Tidak adakah satu cuil peristiwa pun pagi itu di mana Ibu merasa benar-benar iba dan kasihan pada suami Ibu?"
"Ya, saya kira ada...," jawab kliennya dengan suara lemah.
"Peristiwa apa itu, Bu?" tanya si pengacara.
"Ketika suami saya minta kopi untuk ketiga kalinya," jawab si klien.


Hey, Jang!

Malam itu seorang laki-laki yang lagi stres sedang menghabiskan waktunya di sebuah bar. Doi minum-minum sampai setengah mabuk.
Tiba-tiba seseorang berlari ke arahnya dan berteriak, "Jang! Ujang, rumah lu kebakaran, tuh!" Laki-laki itu terlompat dari tempat duduknya, tapi kemudian dengan tenang bergumam, "Hey, tunggu, aku 'kan nggak punya rumah. Aku 'kan tinggal di apartemen."
Laki-laki itu duduk lagi dan melanjutkan minumnya. Tiba-tiba ada lagi orang yang menghampirinya. "Jang! Ujang, nyokap lu baru saja meninggal!" teriak orang itu. Laki-laki itu terlompat lagi dan lari ke pintu keluar. Tapi ia mendadak berhenti. "Eits, tunggu, nyokap gua 'kan sudah meninggal lima tahun yang lalu?" gumamnya lagi.
Ia kembali duduk dan memesan minum lebih banyak lagi. Untuk ketiga kalinya seseorang menghampirinya. "Jang! Ujang, lu barusan menang lotre!" kata orang itu. Kali ini si laki-laki itu segera bangun dan berlari keluar. Setelah kira-kira dua ratus meter, ia berhenti. "Tunggu dulu, nama gua 'kan bukan Ujang?" gumamnya.


Dicari Temen SD

Suatu hari ada seorang anak yang kedatangan tamu di rumahnya. Ternyata tamu itu mencari ayah dari si anak tadi.
Karena setelah nungguin lama si bapak nggak juga pulang-pulang, maka sang tamu pun nitip pesen pada si anak tadi. "Dik, nanti kalau ayah pulang, bilangin ya, tadi dicari temennya di SD dulu," kata si tamu sebelum beranjak pergi.
Nggak berapa lama sang bapak pun pulang. Buru-buru si anak ngomong pada sang bapak, "Pak, tadi dicari temen bapak, katanya sich temen bapak waktu di SD dulu."
Sang bapak balik bertanya, "Emang ciri-cirinya gimana?" Ditanya begitu si anak langsung menjawab, "Orangnya pendek, gemuk, kepalanya botak, trus kumisnya tebel." Mendengar jawaban anaknya sang bapak hanya mengangguk-angguk sambil berkata, "Ah kamu pasti bohong ya, seingat bapak waktu SD dulu bapak nggak punya temen yang ciri-cirinya seperti itu!"


Coba Jelaskan!

Bokapnya si Giant kebingungan melihat rapor anaknya.
Bokap: "Di sini tertulis kamu dapet D untuk pelajaran budi pekerti, tetapi kamu dapet A untuk pelajaran tata krama. Ini bagaimana, coba kamu jelaskan!"
Giant: "Begini, Pa. Setiap selesai nonjok temenku, aku selalu minta maaf."


Who's the Boss?

Seorang bos suatu hari marah-marah dalam rapat staf karena merasa tidak dihargai oleh anak buahnya.
Keesokan paginya si bos datang ke kantor membawa sebuah papan bertuliskan "BOSS", dan menempelnya di pintu ruangannya.
Ketika kembali dari makan siang, si bos melihat sebuah catatan ditempel di dekat papan bertuliskan "BOSS" itu. Rupanya dari sekretarisnya. Bunyinya: "Pak, istri bapak tadi nelpon, katanya Bapak diminta mengembalikan papan ini segera. Ditunggu Ibu sampai jam 3 sore."


Ulang Tahun Dokter

Seorang dokter mata hari itu berulang tahun ke-40. Dokter-dokter koleganya di rumah sakit mengadakan pesta kejutan.
Ketika si dokter masuk ke ruang kerjanya, teman-temannya yang sudah menunggu beramai-ramai meneriakkan "Selamat Ulang Tahun". Di mejanya tampak sudah tersaji kue ulang tahun berukuran besar yang dihiasi kue-kue kecil berbentuk bola mata berjumlah 40 buah.
Si dokter terharu melihat sambutan teman-temannya itu. Kemudian ketika menatap kue-kue berbentuk bola mata itu, si dokter nggak kuasa menahan tawanya. Ia terbahak-bahak sampai berlinang air mata.
"Kok kamu terbahak-bahak kayak gitu? Apanya yang lucu, sih?" tanya salah seorang koleganya.
"Aku jadi ingat Dokter Budi. Minggu depan 'kan dia ulang tahun ke-50," kata si dokter.
"Terus, apanya yang lucu?" tanya koleganya penasaran.
"Lu gimana sih? Dia kan dokter kelamin!" jawab si dokter.


Nguping Tembok

Seorang pasien rumah sakit jiwa setiap hari menempelkan telinganya di tembok seolah-olah mendengarkan sesuatu.
Perilakunya yang sudah berlangsung berbulan-bulan itu menarik perhatian dokter. Akhirnya Pak Dokter memutuskan untuk menyelidiki kegiatan si lelaki gila itu. Ia menghampiri pasien itu sambil ikut menempelkan telinganya di tembok. Nggak terdengar suara apapun. "Saya nggak mendengar suara apapun, tuh," kata si dokter pada si pasien.
"Ya, saya tahu," jawab si pasien. "Sudah berbulan-bulan kayak gitu!"

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.