Selasa, 20 Maret 2012

Persepsi Teknologi Informasi di Kalangan Anak Muda (Sekolah)

Tampaknya para orang tua & pengambil kebijakan negara ini perlu belajar banyak kepada anak-anak muda & pelajar yang telah mengenal teknologi informasi. Dalam beberapa kesempatan temu muka & diskusi, tampaknya para orang tua & pengambil kebijakan berpegang pada prinsip bahwa:

Bangsa ini membutuhkan teknologi komputer yang berbahasa Indonesia agar komputer dapat di sebar luaskan ke masyarakat dengan mudah.
Para siswa cukup di ajarkan men-tik menggunakan Word, memakai Spread Sheet.
Segala sesuatu untuk bangsa ini sebaiknya di sampaikan dalam bahasa Indonesia yang baik & benar, bahasa Inggris adalah bahasa yang “sulit” untuk dipergunakan oleh bangsa Indonesia.

Dalam beberapa kali kesempatan berdiskusi antara anak-anak muda, siswa SMU / SMK beberapa sekolah, terus terang saya cukup kaget dengan responds yang ada. Mungkin saya pada beberapa kesempatan tersebut saya berhadapan dengan sampel siswa SMU / SMK yang kelas atas? Entah lah yang pasti saya cukup terkaget-kaget dengan responds yang diberikan.

Ternyata,
  • Para siswa SMU / SMK lebih menyukai komputer yang berbahasa Inggris daripada yang berbahasa Indonesia. Mereka bahkan merasa aneh jika membaca bahasa Indonesia di komputer, karena mereka sudah biasa dengan bahasa Inggris di komputer-nya.
  • Para siswa lebih suka mempelajari komputer dengan keterkaitannya dengan Internet. Untuk komputer stand alone (sendiri) yang tidak terkait ke mana-mana, bukanlah benda yang terlalu menantang untuk di pelajari.
  • Para siswa SMU / SMK ternyata tidak mempunyai kesulitan yang terlalu berarti untuk memahami berbagai materi / content yang ada di Internet yang umumnya berbahasa Inggris.
  • Secara umum, mereka bahkan lebih menyukai kalau mereka bisa lebih aktif berbahasa Inggris di Internet. Tampaknya ada perolehan nilai tambah yang lebih tinggi dengan menggunakan bahasa Inggris di Internet daripada berbahasa Indonesia.
  • Di antara para orang tua & guru, Internet & komputer di khawatirkan menjadi momok akan praktek plagiat. Ternyata di antara para siswa yang berdiskusi, mereka justru malu menjadi plagiat dari hasil karya orang lain. Karena dengan adanya Internet maka informasi akan menyebar dengan cepat, pekerjaan yang sifatnya plagiat akan terdengar oleh semua orang & memperburuk kredibilitas pribadi si siswa yang melakukan plagiat tersebut.
  • Sebagian siswa secara terbuka berterus terang, mereka kecewa dengan pelajaran komputer yang diberikan, karena hanya sebatas Word processor & Spread Sheet saja kebanyakan. Mereka menginginkan untuk yang lebih sulit lagi, seperti Web programming, membuat file HTML dll yang berkaitan dengan Internet. Terus terang saya cukup terperanjat karena mereka justru memberikan komentar demikian.
  • Sebagian siswa sangat tertarik untuk mencari sahabat pena di Internet, hal ini dapat di fasilitasi melalui berbagai situs di Internet, seperti, http://www.diffy.com atau http://www.kidlink.org (yang merupakan salah satu favorite untuk mencari sahabat pena di luar negeri).
  • Tampaknya para guru masih kurang dapat memfasilitasi  siswa untuk memanfaatkan Internet sebagai bagian integral dari proses belajar mengajar. Kebanyakan fasilitas Internet yang ada di sekolah hanya di biarkan / di lepaskan kepada siswa untuk menggunakan-nya sesuka hati. Saya sarankan barangkali untuk para guru / pendidikan & siswa untuk mencoba membaca-baca http://www.yahooligans.com pada bagian teacher’s guide untuk melihat bagaimana kemungkinan mengintegrasikan Internet ke dalam kurikulum.
  • Para guru juga di batasi oleh pola pembelajaran yang di anut oleh kurikulum nasional yang di atur oleh DIKNAS. Kurikulum nasional ternyata sangat naif & menyulitkan guru untuk berekspresi / bereksperimen dengan berbagai kemungkinan baru yang dimungkinkan dengan adanya teknologi baru tersebut.
Tampaknya kita masih harus belajar banyak, berinteraksi lebih banyak dengan anak didik kita di SD, SMP, SMU, SMK. Ternyata pemikiran, pemahaman mereka tentang teknologi informasi sangat jauh lebih maju daripada perkiraan banyak orang. Ada baiknya proses fasilitasi teknologi informasi untuk dunia sekolah lebih di berdayakan agar dapat memenuhi minat para siswa, putra-putri kita yang sedang menggebu-gebu mempelajari dan mengeksplorasi teknologi informasi.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.