Selasa, 27 Maret 2012

PASUKAN SELEMPANG MERAH KUALA TUNGKAL: TAKTIK PERANG MELAWAN AGRESI MILITER II BELANDA (1949)



SAMPUL DEPAN BUKU TAKTIK SELEMPANG MERAH DALAM AGRESI MILITER BELANDA II TAHUN 1948 DI KUALA TUNGKAL


SEKELUMIT KISAH
SEJARAH PERANG KEMERDEKAAN RI 1945-1949
DI TANJUNG JABUNG
HARI ULANG TAHUN
VETERAN PERANG KEMERDEKAAN REPUBLIK INDONESIA (VKPRI)
KE 37 SE-PROVINSI JAMBI
TANGGAL 7 FEBRUARI 1994
DI KUALA TUNGKAL
KAMI PERSEMBAHKAN KEPADA REKAN-REKAN SEPERJUANGAN YANG TELAH GUGUR SEBAGAI KESUMA BANGSA DALAM MEMPERTAHANKAN KEMERDEKAAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA SERTA PENGHARGAAN YANG TULUS IKHLAS KEPADA SELURUH LAPISAN RAKYAT YANG TELAH MENGORBANKAN SEGALA-GALANYA, DEMI UNTUK KEMERDEKAAN BANGSA DAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA TERCINTA INI.
ATRAKSI KILAS BALIK PENYERBUAN GABUNGAN TNI DAN BARISAN SELEMPANG MERAH KE PERTAHANAN TENTARA BELANDA DI KOTA KUALA TUNGKAL KABUPATEN TANJUNG JABUNG
PENDAHULUAN
A. Maksud dan tujuan dari Atraksi Kilas Balik penyerbuan TNI dan Barisan Selempang Merah ke pertahanan Tentara Belanda di kota Kuala Tungkal
1. Kemerdekaan Negara Republik Indonesia tercinta ini, bukanlah kita terima merupakan sebuah warisan dimana telah terhampar permadani yang tebal dan indah serta mahligai-mahligai yang besar dan megah… tidak… sekali lagi tidak… kemerdekaan Negara Republik Indonesia yang kita cintai ini kita peroleh dari tangisan anak-anak kecil yang berada dalam gendongan ibunya, karena mengikuti suaminya yang ikut berjuang mempertahankan kemerdekaan ini, naik gunung turun gunung, menyeberangi sungai-sungai yang kadang kala mereka tidak akan tahu dimana mereka akan bermalam dan dapat menghilangkan lapar dan dahaga yang dideritanya, dilain keadaan kita akan melihat anak yang berlari-lari mencari ayahnya yang ikut bertempur, apakah ayahnya kembali atau gugur di medan laga. Jelaslah bahwa kemerdekaan Negara Republik Indonesia yang kita peroleh sekarang ini, adalah hasil dari tangisan dan tetesan air mata dan dibasahi oleh darah para syuhada dan jiwa raga dari pahlawan bangsa.
2. Atraksi Kilas Balik dari pertempuran dengan tentara Belanda di Koata Kuala Tungkal Kabupaten Tanjung Jabung ini adalah merupaka penyegaran ingatan kita kembali pada masa 45 tahun yang lampau, yaitu di saat-saat kita merebut dan mempertahankan kemerdekaan tercinta ini dan dari perjuangan inilah lahirnya para syuhada, para pahlawan bangsa yang bersemayam di Taman Makam Pahlawan di seluruh tanah air dan yang masih dipanjangkan umurnya mereka masih mendapatkan prediket sebagai Veteran Perang Kemerdekaan Republik Indonesia.
3. Selain dari itu, Atraksi Kilas Balik ini merupakan pengungkapan kembali dari salah satu cukilan kisah sejarah dari perang Kemerdekaan Negara Republik Indonesia, yang benar-benar terjadi di kota Kuala Tungkal Kabupaten Tanjung Jabung pada umumnya dan Front Tungkal Area kecamatan Tungkal Ilir pada khususnya, dimana telah terjalin satu antara Tentara Nasional Indonesia dan barisan rakyat yang bernama Barisan Selempang Merah yang merupaka kekuatan “Tunggal” dalam setiap pertempuran melawan tentara Belanda dan sekaligus tercerminnya semangat patriotisme dan heroisme.
4. Atraksi Kilas Balik ini adalah merupakan pula salah satu sarana untuk melestarikan moral force dari jiwa, semangat dan nilai-nilai ’45 kepada generasi penerus yang merupakan pewaris-pewaris yang syah dari pahlawan-pahlawan bangsa Indonesia.
B. Ruang Lingkup Atraksi
1. Atraksi Kilas Balik yang dilaksnakan ini, diambil dan diangkat dari sdalah satu penyerbuan dan pertempuran 20 kali pertempuran yang terjadi di Kota Kuala Tungkal Kabupaten Tanjung Jabung, khususnya di Front Tungkal Area Kecamatan Tungkal Ilir yang merupakan pertempuran paling terkoordinasi dengan baik, baik yang menyangkut mengenai sasaran penyerbuan maupun taktik serangan dai gabungan Tentara Nasionala Indonesia dengan barisan rakyat Barisan Selempang Merah kepertahanan Tentara Belanda di Kota Kuala Tungkal.
2. Pasukan Tentara Belanda di Kota Kuala Tungkal kecamatan Tungkal Ilir ini, hanya menguasai sekitar sekitar 1,5 Km di dalam kota Kuala Tungkal. Kekuatan Tentara Belanda satu kompi, dibantu oleh sebuah kapal patroli dan Landing Graf Angkatan Laut Belanda yang setiap saat tetap berada di perairan sungai Pengabuan yang lengkap dengan alat persenjataannya.
3. Pertahanan tentara Belanda terletak pada 5 tempat yang strategis yang masing-masing tersusun gundukan-gundukan karung pasir dan tempat-tempat yang strategis itu adalah:
a. Di Tangga Raja Ulu, terletak senapan mesin yang sasaran penembakannya arah jalan Palembang dan parit Satu.
b. Di Rumah Kapolres, senapan mesin dengan sasaran penembakan kea rah jalan kekuburan dan ke jalan Andalas, dan Arah jalan Siswa.
c. Ditempat PO. Ratu Intan sekarang, waktu dahulu tempat ini Kantor Pos. Disini ditempatkan juga senapan mesin yang arah tembakan ke jalan Andalas dan jalan Siswa serta jalan Nelayan.
d. Di depan Pabrik Kam Cong Kui sekarang jalan Nelayan, arah tembakan senapan mesinnya ke jalan Nelayan ke seberang sungai atau Parit II.
e. Di seberang Parit II di rumah Rivai ST Pamuncak jalan Pelabuhan, sasarn penembakan senapan mesinnya kea rah ilir Bea-cukai dan jalan Tungkan II dan III.
4. Demikianlah kekuatan dan posisi pertahanan tentara Belanda dan daerah yang dipagari oleh kawat berduri inilah praktis yang hanya dikuasai Belanda.
C. Persiapan Gabungan TNI dan Barisan Selempang Merah Untuk Melakukan Penyerbuan
1. Penyerbuan ini terjadi pada tanggal 23 Februari 1949 tengah malam dan pada tanggal 22 Desember 1949, rakyat yang akan ikut bertempur atau Barisan Selempang Merah telah berkumpul di Pembengis dan di desa Pembengis ini telah dipersiapkan dapur umum. Rakyat yang menjadi Barisan Selempang Merah ini dating dari setiap Kepenghuluan (desa-desa sekarang) dan masing-masing telah membawa kain merah ukuran 4 Cm lebar dan panjang 1 Meter stengah dengan senjata-senjata tradisional menurut suku-suku yang bersangkutan, seperti keris, tombak, kampilan, sundang, parang bungkul dan lain-lain. Selanjutnya rakyat akan ikut melakukan penyerbuan, nama-nama mereka dicatat, dimana alamatnya, dari desa mana, umur dan dicatat pula keluarga-keluarga mereka. Kain Selempang Merah ini harus dipakai pada saat penyerbuan oleh pasukan termasuk pasukan TNI, karena selain sebagai tanda pengenal dari anggota-anggota pasukan yang menyerbu, juga merupakan tumpuan keyakinan menurut amalan Selempang Merah disetiap pertempuran. Setelah semuanya telah dipersiapkan, maka pasukan gabungan ini mulai bergerak meninggalkan desa Pembengis menuju ke Parit Gompong, karena Parit Gompong inilah tempat persiapan terakhir, sebab jarak tempuh ke kota Kuala Tungkal hanya sekitar satu jam. Di Parit Gompong ini diatur mengenai pembagian kelompok-kelompok, penjelasan tentang sasaran yang dituju, taktik pertempuran, menentukan petugas-petugas khusus dan strategi penyerbuan ke pertahanan Belanda.
D. Pembentukan Kelompok-kelompok, Pimpinan kelompok dan Sasaran Penyerbuan Kelompok-kelompok
1. Setelah sampai di Parit Gompong, jumalah yang akan ikut menyerbu dari rakyat berjumlah 370 orang dan dari Tentara Nasional Indonesia sebanyak 30 orang sehingga semuanya berjumlah 400 orang. Persiapan pertama, adalah pemerikasaan senjata-senjata tradisional, seperti keris, badik, parang bungkul, sundang, kampilan dan lain-lainnya oleh seorang pawing senjata yang bernama Sahibar, dimana ditentukan senjata mana yang boleh dibawa menyerbu dan tidak boleh dibawa. Seterusnya seluruh yang akan ikut menyerbu tidak kerkecuali TNI diuji dengan memakan lada (sahang), dimana jika yang memakan sahang atau lada ini merasa tidak pedas, maka mereka tidak boleh menyerbu. Terakhir setelah semua mendapat ketentuan-ketentuan di atas, maka dari jumlah 370 orang rakyat yang akan iktu bertempur terebut yang diperbolehkan pergi hanya tinggal 270 orang orang ditambah dengan TNI 30 orang, maka yang akan melakukan penyerbuan ke kota Kuala Tungkal hanya 300 orang. Untuk menimbulkan semangat dan keberanian dalam pertempuran ini, diberikan minuman air putih yang sudah dijampi oleh panglima Selempang Merah H. Saman.
2. Setelah selesai penelitian-penelitian tersebut, barulah disusun kelompok-kelompok kecil dari jumlah 300 orang ini menjadi 3 kelompok, yang semuanya itu terhimpun di dalam 3 kelompok besar yang masing-masing 3 kelompok besar ini ditentukan arahnya. Tentara Nasional Indonesia berada di sekitar kelompok 10 orang yang langsung amenjadi pimpinan penyerbuan dan sebagai Wakil diambil dari barisan rakyat Selempang Merah.
3. Setelah itu diadakan perundingan-perundingan antara Panglima H. Saman selaku Panglima Pasukan Selempang Merah beserta staf pimpinannya dengan pimpinan pertempuran Front Tungkal Area dari Tentara Nasional Indonesia yang diwakili oleh Wakil Komandan Pertempuran Sersan Mayor Cadet. AD. Madhan. AR beserta Komandan-komandan Sektor yaitu: Sersan Mayor Cadet Angkatan Laut Anwarsyah, sebagai Komandan Sektor II Sersan Mayor CPM Buimin Hasan, sebagai Komandan Sektor III dan Komandan Pol. Zulkarnain Idris sebagai Komandan Sektor IV. Dari hasil perebukan atau perundingan telah dapat dibentuk pimpinan-pimpinan dari ke III kelompok besar tersebut dan sekaligus pula menentukan sasaran penyerbuan taktik penyerangan dan cara mundur kembali Kepangkalan Parit Gompong.
4. Dari hasil perundingan ini telah dapat disusun pimpinan dai ketiga kelompok besar tersebut dan pembagian sasaran penyerbuan serta taktik penyerangan antara lain sebagai berikut:
a. Kelompok I dipimpin oleh Panglima H. Saman dan sebagai Wakil ditetapkan Serma Cadet Madhan. AR dengan sasaran penyerangan kepertahanan Tentara Belanda di kantor Pos (PO. Ratu Intan sekarang) dan pertahanan Tentara belanda di rumah kapolres sekarang. Gerakan penyerangan ini dilakukan setelah kelompok II dan III menyerang dan membakar rumah yang ada di jalan Pelabuhan Bea-cukai di jalan Palembang di Parit I Ulu. Jalan yang ditempuh oleh kelompok I adalah jalan Siswa sekarang, setelah bergerak dari Simpang parit Gompong.
b. Tugas TNI yang dipimpin oleh Serma Cadet Madhan. AR dalam kelompok I ini adalah setelah terlihat kebakaran-kebakaran di Ilir jalan Pelabuhan demikian pula kebakaran di Parit I dan telah terjadi tembak menembak, maka pasukan TNI di kelompok I melakukan serangan ke Pos Pertahanan Tentara belanda di rumah Kapolres dan Kantor Pos dengan tembakan-tembakan senapan mesin Kijanju Jepang serta tembakan senjata-senjata lainnya dan melemparkan geranat tangan bikinan Jepang ketempat senapan mesin di Kantor pos. Sementara itu pasukan-pasuskan selempang Merah yang dipimpin oleh panglima H. Saman mulai bergerak memasuki kota dengan teriakan “YA –ZALJALALI –WAL – IKRAM” dan menyerbu kepertahanan tentara belanda.
5. Kelompok ke II dipimpin oleh Komandan Sektor III Sersan CPM Buimin Hasan dan Komandan Sektor IV Komandan Pol. Zulkarnain Idris, dengan Wakil dari Barisan Selempang Merah H. Sayamsuddin dan M. Sanusi yang mempunyai tugas bergerak menuju jalan Pelabuhan, dnegan melalui jalan Nelayan, membelok melalui jembatan melalui jalan belakang mesji Agung menuju sasaran rumah-rumah yang akan dibakar. Sementara TNI yasng dipimpin Serma CPM bertahan di belakang Mesjid Agung, guna melindungi Pasukan Selempang Merah yang bertugas membakar rumah-rumah di jalan Pelabuhan telah dibakar. Pasukan Komandan Zulkarnain Idris bertahan di Simpang Jalan Panglima dan jika rumah-rumah di jalan Pelabuhan telah dibakar, maka pasukan ini menghantan pertahan Tentara Belanda di Simpang Empat di rumah Rivai. ST Pamuncak. Kebakaran rumah-rumah di jalan Pelabuhan merupakan komando penyerangan dan pembakaran rumah-rumah oleh Kelompok III yang dilakukan penyerangan dari Parit I.
6. Kelompok III dipimpin oleh Serma Cadet AL. Arwansyah dibantu oleh Sersan Syamsik dari AL dan Kopral Sakiban AL dan Barisan Selempang Merah dipimpin oleh Camat Masdar. Tugas Kelompok III ini, yang paling utama adalah membakar rumah-rumah di daerah di jalan palembang dan jalan dekat kuburan serta menghancurkan bak-bak air yang ada disetiap rumah tersebut. Sementara TNI melindungi mereka dar tembakan tersebut. Gerakan dilaksanakan jika di jalan Pelabuhan telah terlihat kebakaran dan telah terjadi tembak menembak dengan Tentara Belanda. Dengan demikian, Tentara Belanda merasa terkepung dengan seranagan dari Ilir dan ulu.
E. Jalannya Pertempuran
1. Sesampainya di Simpang Parit Gompong, masing-masing kelompok terpencar menjadi 3 jurusan dengan tekad yang bulat serta memegang teguh segala keputusan rencana penyerbuan mereka.
Di tengah malam yang gelap pekat sekitar jam 2 bergeraklah semua kelompok menuju sasaran mereka masing-masing:
a. Kelompok I menuju jalan Siswa sekarang menuju ke pertahanan Belanda yang berada di kantor Pos sekarang PO. Ratu Intan dan rumah Kapolres yang sekarang.
b. Kelompok II bergerak menuju jalan Nelayan sekarang di pinggir sungat Parit II, selanjutnya memasuki jembatan terus ke jalan belakang mesjid Agung, dan ke rumah-rumah jalan Pelabuhan.
c. Kelompok III bergerak maju menuju jalan Sriwijaya, langusng ke jalan kuburan terus membagi dua arah yaitu ke jalan palembang dan serta ke arah umah kapolres.
2. Pada jam 3.15 menit tengah malam, kelompok II yang memegang kunci penyerbuan, telah berhasil membakar rumah-rumah di jalan Pelabuhan, yang merupakan tanda untuk kelompok III memulai gerakannya membakar rumah-rumah di jalan kuburan dan jalan Palembang jam 4 pajar api telah merah mewarnai langit baik dari Ilir jalan Pelaguhan maupun dari Ulu Parit I tembak menembak telah terjadi, peluru-peluru seperti kunang-kunang di tengah malam, berterbangan menuju sasarannya, suara teriakan Barisan Selempang Merah menyebut “YA –ZALJALALI –WAL – IKRAM” , berkumandang dan bergema di pajar sidikini. Mereka maju tanpa gemetar menuju kepertahanan Tentara Belanda dengan senjata tradisionalnya parang bungkul, tombak, pedang, keris, badik dan lain-lain. “Esa hilang dua terbilang, pantang dubalang belaku surut, fisabilillah tekad mereka, mati syahid tujuannya”.
3. Di antara kepanikan tentara belanda mendapat serangan dari Ilir dan dari Ulu, diiringi pula dengan teriakan yang gemuruh dari Barisan Selempang Merah maka di saat itu juga secara mendadak kelompok I mengadakan tembakan-tembakan kepertahanan Tentara Belanda di Kantor Pos (PO. Ratu Intan) sekarang dan di rumah Kapolres (jalan Nusa Indah) sekarang, diiringi dnegan melemparkan geranat tangan buatan Jepang, sejalan dengan itu Pasukan Selempang Merah yang dipimpin oleh Panglima H. Saman dengan teriakan “YA –ZALJALALI –WAL – IKRAM” dengan menembakkan pistol di tangan kiri dan perang bungkul di tangan kanan menyerbu kepertahanan Tentara Belanda yang diikuti oleh seluruh pasukan Selempang Merah. Dari segala penjuru baik dari sebelah Ilir, maupun dari sebelah Ulu dan Tengah gemuruhlah suara yang menyebut kebesaran “YA –ZALJALALI –WAL – IKRAM” diselingi dengan tembakan-tembakan senjata api, pasukana Tentara Belanda di Kantor Pos dan dari pertahanan rumah Kapolres, mulai meninggalkan pertahanan mereka mundur kea rah tepi laut dekat pelabuhan Ferry sekarang, sambil melepaskan tembakan secara membabi buta, namun Barisan Selempang Merah terus mengejar biarpun di antara mereka ada ayng kena tembakan tentara Belanda. Pasukan TNI, dengan cara kemiliteran ikut maju menembak sasaran yang bergerak terutama Tentara Belanda yang mundur, karena mengingat peluru yang dimiliki sangat terbatas, dan juga anggota pasukan ini teleh mempergunakan senjata tradisional, seperti keris yang telah dicabut atau pedang dibabkan peluru senjata mereka telah habis.
4. Matahari pagi telah memancarkan cahayanya dar upuk timur berbarengan dengan itu letupan-letupan martir dan tembakan merian kancu dari kapal patroli Angkatan Laut Belanda yang berada di sungai Pengabuan telah menimbulkan ledakan-ledakan di tengah kota Kuala Tungkal baik dari Ilir, di Ulu dan di belakang jalan Siswa, yang seolah-olah ingin menghalangi jalan mundurnya pasukan penyerbuan ini. Tembakan-tembakan mortar dan meriam kancu dari kapal ini tidak henti-hentinya lebih kurang 3 jam.
5. Langit kelihatan mendung, awan seolah-olah menutupi langit yang luas ini dan bi balik awan terlihat sekilas cahaya matahari yang tingginya sekitar 5 hasta tingginya dari upuk timur. Namun ldakan-ledakan mortir masih terlihat di sekitar arena pertempuran dari arah parit I masih terdengar tembakan-tembakan karabon satu-satu yang dilakukan oleh Kopral AL Sakiban sasaran apa yang ditembakkan tidak jelas. Sersan Mayor Cadet Madhan. AR memberi tanda kepada panglima H.Saman yang pada saat itu berada di balik tebing jalan beserta beberapa anak buah yang khusus mendampinginya, di samping sebelah kanan di simpang 4 BNI sekarang, sedangkan Sersan Cadet Madhan. AR berada di BRI sekarang ini yang mana tanda tersebut agar secara teratur mundur kembali ke pangkalan. Serma Cadet Madhan. AR beserta prajurit I usman dan Asnawi serta Ilyas, tidak kelihatan yang ternyata akhirnya diketahui prajurit I ini (Ilyas) tewas di waktu melemparkan geranat di Pos Pertahan Tentara Belanda di rumah Kapolres sekarang. Panglima H. Saman beserta beberapa orang anak buahnya melihat Serma Cadet Madhan. AR beserta dua orang anak buahnya mulai bergerak mundur ke arah Pos Pertahan Tentara Belanda yang telah ditinggalkannya, maka panglima H. Saman-pun bergerak mundur dengan tenang berdiri berjalan kaki biarpun ledakan-ledakan mortar masih ada. Serma Cadet Madhan. AR setelah sampai digundikan pertahanan Belanda di Kantor Pos, terlihat satu buah senjata Belanda otomatis Owen-gun satu buah dan senjata tersebut merupakan hasil dari pertempuran itu.
6. Di waktu mundur kembali ke pangkalan ini, terlihat kain yang dijadikan tandu memikul anggota-anggota Barisan Selempang Merah yang luka-luka baik dari arah jalan Sriwijaya dan jalan Siswa, dan teman-teman lain yang gugur tidak dapat dibawa mundur.
F. Penutup
1. Demikianlah… sekelumit kisah Sejarah Perjuangan Masa Perang Kemerdekaan Negara Republik Indonesia di Kabupaten Tanjung Jabung pada umumnya, kecamata Tungkal Ilir khususnya yang benar-benar terjadi yang Kami sajikan dalam Atraksi Kilas Balik. Tentang penyerbuan ke pertahanan Tentara Belanda di kota Kuala Tungkal, secara gabungan antara Tentara nasional Indonesia dan barisan rakyat Barisan Selempang Merah ke pertahanan Tentara Belanda di kota Kuala Tungkal, yang merupakan kekuatan “tunggal” yang ampuh dan dahsyat, yang akhirnya dapat memukul mundur pasukan Tentara Belanda yang mempunyai persenjataan lengkap dan modern dan sebagai salah satu pasukan sekutu yang ikut memenangkan Perang Dunia ke II yang lalu.
2. Penyerbuan pada hari kamis malam jum’at tanggal 23 Februari 1949 selain kita dapat memukul mundur pasukan tentara Belanda, memperoleh 2 buah senapan LE dan 1 Owen-gun, maka di pihak TNI dan barisan rakyat Selempang Merah, banyak yang gugur sebagai kusuma bangsa dan sebagai syuhada, yang berjumlah sebanyak 68 orang yang nama-namanya adalah:
No
Nama
Prajurit
No
Nama
Prajurit
1
Ilyas
I TNI
2
M. Aini
Polri
3
Kardi
BSM
4
Karti
BSM
5
Tarli
BSM
6
Anang
BSM
7
M. Yunan
BSM
8
Karim
BSM
9
Masran
BSM
10
Giman
BSM
11
H. Nasri
BSM
12
Abd. Aman
BSM
13
Gemuk
BSM
14
M. Bakri
BSM
15
Tjitjit
BSM
16
BSM
17
Dirin
BSM
18
Liwan
BSM
19
H. Kadir
BSM
20
Syarkawi
BSM
21
Iman
BSM
22
Sulaiman
BSM
23
Djailani
BSM
24
Andullah
BSM
25
H. Selamat
BSM
26
Mukri
BSM
27
A. Rahman
BSM
28
H. Amir
BSM
29
Djailani
BSM
30
Hayak
BSM
31
A. Manaf
BSM
32
Asnawi
BSM
33
Aruf
BSM
34
Marsaid
BSM
35
A. Samad
BSM
36
Gumberi
BSM
37
Isut
BSM
38
Usuh
BSM
39
A. Rahman
BSM
40
Hojod
BSM
41
Hasan
BSM
42
Basuni
BSM
43
M. Saleh
BSM
44
H. Djahari
BSM
45
Mohd. Saleh
BSM
46
Dadar
BSM
57
Bakri
BSM
48
Tario
BSM
59
H. A. Hamid
BSM
50
Rubirin
BSM
51
Darmawi
BSM
52
Rapai
BSM
53
Imas
BSM
54
Atjil
BSM
55
Asit
BSM
56
Masli
BSM
57
Mail
BSM
58
Achmad
BSM
59
Utir
BSM
60
Junan
BSM
61
A. Hamid
BSM
62
Sanudin
BSM
63
Saman
BSM
64
Abu
BSM
65
Syamsuddin
BSM
66
Unan
BSM
67
Zailani
BSM
68
Tarli. B
BSM
Nama-nama yang gugur dalam pertempuran ini, telah pula disampaikan ke Museun Perjuangan Daerah Jambi, guna diabadikan sebagai Pejuang Perang Kemerdekaan Negara Republik Indonesia.
----- Mereka Telah tiada……….
----- Darahnya telah melukis persada ibu
----- Pertiwi tanah tercinta ini…..
Akhirul kalam, dalam suasana memperingati hari Ulang Tahun Veteran Perang Kemerdekaan Republik Indonesia ke 37 se-Provinsi jambi di Kuala Tungkal ini, perkenankanlah Kami menyampaikan sebuah:
PESAN
----- Sekarang telah berkumandang lagu kebangsaan
----- Indonesia di seluruh pelosok dunia ini
----- Sang merah putih berkibar menjulanh tinggi di udara
----- Bebas merdeka di ujung tiang yang kokoh
----- Indonesia telah merdeka sepenuhnya
----- Telah banyak jatuh korban….. pahlawan bangsa…..
----- Darah mengalir membasahi persada tanah air… demi kejayaanmu
----- Indonesia tercinta
----- Kami menundukkan kepala
----- Mengingatkan dan mendoakanmu
----- Di tengah-tengah kelilingan obor-obor yang suram
----- Kami lihat pusara-pusaramu
----- Tak terdengar bisikanmu… semua hening membisu
----- Seperti membisunya “batu nisanmu” yang tertancap
----- Di atas makammu……….
----- Dalam diam danmembisunya makammu….. sepercik rasa yang menyelinap di jiwa dan di kalbu Kami……….
----- Rasa yang merupakan “pesan”
----- Dari teman-teman kami yang telah tiada….. melalui..
----- Pusaramu yang terhampar membisu… kau berpesan……….
----- Jaga dan pertahankan terus obor kemerdekaan yang…..
----- Telah Kami rebut ini…
----- Kepadamu generasi penerus….. Kami serahkan sang merah putih
----- Serta obor kemerdekaan yang Kami cintai ini.
----- Merah tanda darah Kami
----- Putih tanda tulang-tulang Kami
----- Waktu terus mengejar… usia kami Veteran Perang kemerdsekaan
----- Republik Indonesia semakin lanjut
----- Kami sudah ta’ dapat berbuat banyak lagi
----- Namun… kami melihat bangga….. nun……… di
----- Sana di luar pagar….. sambil berdoa semoga bangsa dan Negara
----- Indonesia yang tercinta ini tetap kekal dan abadi sepanjang masa…
“AMIN YA RABBAL ‘AALAMIN”
PANITIA HUT VETERAN REPUBLIK INDONESIA
YANG KE 37 SE-PROVINSI JAMBI
DI KUALA TUNGKAL

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.