Selasa, 20 Maret 2012

Perlukah Sekolah dan Ijazah untuk Pandai dan Pakar?

Perlukah sekolah & ijazah untuk menjadi seorang yang pandai & pakar di bidangnya? Sebuah pertanyaan sederhana, tapi sangat membingungkan jawabannya. Saya cenderung menjawab – TIDAK PERLU. Kenyataan pada hari ini, banyak orang yang berijazah SMU, D1, D2, D3, S1 bahkan sebagian S2 & S3 ternyata menjadi pengangguran karena kepandaiannya ternyata tidak dapat dimanfaatkan & tidak diterima lapangan kerja sebagai orang yang ahli dibidangnya. Banyak juga yang berijazah S1, S2, S3 ternyata menggeluti bidang yang berbeda sama sekali dengan ijazah yang diperolehnya. Gilanya, ternyata banyak orang yang membeli gelar & ijazah untuk meningkatkan posisi, jabatannya di instansi / perusahaan-nya. Sialnya, banyak juga institusi & perusahaan yang terkecoh dengan ijazah & gelar hasil membeli. Apakah memang demikian maksud keberadaan sekolah & ijazah di Indonesia?

Jadi perlukah sekolah & ijazah untuk pandai & pakar? Pengalaman saya mengatakan dengan perkembangan ilmu demikian cepat, sekolah & ijazah tidak banyak menjamin – sering kali pengetahuan guru di sekoleh / dosen di universitas tertinggal jauh dari dunia nyata. Seringkali yang dikuasai oleh guru & dosen hanya kulit semata. Terus terang, kesempatan untuk memperoleh pengetahuan dengan mudah & murah di dukung oleh kemauan keras belajar sendiri dan berteman yang banyak akan lebih menjamin masa depan yang baik – tidak harus melalui sekolah & ijazah.

Berapakah biaya yang dibutuhkan? Tergantung pola mengakses pengetahuan yang digunakan bisa antara Rp. 20.000 s/d 300.000 / bulan jika menggunakan fasilitas umum / WARNET. Jika akses dilakukan di sekolah / perguruan tinggi, biaya / bulan / siswa dapat di tekan menjadi Rp. 3000-5000 / bulan / siswa. Sialnya banyak sekolah / universitas yang tidak berminat menyediakan layanan tersebut karena satu & lain hal, di samping ada rasa ketidak siapan dari guru & dosen menghadapi banjir pengetahuan yang akhirnya bisa berakibat guru / dosen di tinggalkan oleh murid & mahasiswa-nya sendiri.

Memang 16% dari informasi / situs di Internet membawa informasi yang kurang baik seperti pornografi dll. Tapi sebagian besar lainnya membahwa informasi yang sangat positif. Bayangkan apa jadinya jika anda setiap hari (kalau bisa 24 jam) bermain dengan internet & mengakses berbagai pengetahuan yang ada sambil kongkow-kongkow dengan rekan-rekan yang se hobby. Adalah lumrah jika guru & dosen tertinggal jauh ilmunya dari siswa / mahasiswanya yang setiap hari bergelut di Internet.

Menjadi Pakar Melalui Internet
Ambil contoh sederhana, tampaknya banyak sekali anak muda Indonesia yang sangat berminat untuk menjadi seorang hacker / programmer, terlihat dari banyak e-mail yang saya terima dari berbagai penjuru Indonesia. Sialnya, tidak ada satu sekolah-pun di Indonesia yang mampu untuk mendidik anak muda ini menjadi hacker & programmer yang berkaliber nasional / internasional. Bagaimana mungkin seorang menjadi hacker kalau di sekolah-nya masih di ajarkan dBase 4 untuk basis data, Pascal programming yang sudah ketinggalan jaman (walaupun sesuai dengan kurikulum nasional DIKNAS)? Semua praktisi tahu bahwa, pada hari ini orang lebih banyak menggunakan SQL, PHP4, socket programming, Tcl/Tk, Perl, C/C++, openssl, openssh, mod_ssl yang berjalan di atas berbagai protokol seperti IP, TCP, UDP, ICMP, IGMP, SMTP, HTTP, IMAP, POP3, RSVP, SSL, RC4, MD5, IEEE802.11 dll. – yang semuanya tidak di ajarkan secara detail di bangku sekolah maupun bangku kuliah!

Dunia pekerjaan di Indonesia (bahkan di dunia) saat ini sangat membutuhkan orang yang menguasai teknik-teknik di atas. Salah seorang bekas mahasiswa saya, Gde Raka di Bali, bahkan dengan mudah menjadi subkontraktor perusahaan software di Silicon Valley, US untuk Java programming. Gilanya, semua dilakukan dari rumah-nya di Bali, betapa nikmatnya gaji US$ dengan biaya hidup Rupiah. Penghasilan Rp. 2-3 juta / bulan sangatlah mudah untuk diperoleh, sebagian bahkan berpenghasilan Rp. 5-10 juta / bulan. Usia mereka rata-rata antara 25-30 tahun, masih muda & energik. Setahu saya ada banyak Raka-Raka Indonesia lainnya yang berkiprah secara nasional maupun internasional baik dari Indonesia maupun dari luar negeri.

Bagaimana proses belajar anak-anak muda ini? Jelas ilmu mereka dapat bukan di sekolah & bukan di kampus. Jelas tidak banyak yang bisa kita harapkan dari kurikulum nasional DIKNAS yang jauh ketinggalan jaman itu. Ilmu mereka dapat umumnya di Internet, membuka berbagai situs yang membawa berbagai pengetahuan Internet gratisan seperti http://www.linuxdoc.org, http://www.linux.or.id, http://www.internic.net, http://www.pulver.com dan masih banyak lagi. Jika men-download pengetahuan dari Internet dirasakan mahal, sebetulnya kalau anda membeli CD Linux yang harganya hanya sekitar Rp. 20-25.000 / buah itu sangat menguntungkan karena banyak sekali dokumen tentang teknologi informasi yang ada di dalamnya. Belum lagi adanya komunitas Linux yang cukup kuat di http://www.linux.or.id, bahkan memiliki majalah sendiri InfoLinux http://www.infolinux.or.id yang relatif murah dan selalu di sertai CD Linux setiap edisinya. Semua ilmu yang diperoleh dari berbagai situs di atas biasanya tidak di ajarkan di sekolah.

Untuk pengetahuan yang sifatnya umum, saya paling suka dengan situs http://www.yahooligans.com & http://www.ipl.org, situs ini membawa banyak pengetahuan yang akan bermanfaat bagi anak-anak dari TK, SD, SMP & SMU. Yang menarik di Internet, kebanyakan pengetahuan di sebarkan oleh pembuatkan tanpa menggunakan hak cipta sama sekali, mereka umumnya menggunakan copyleft (bukan copyright). Dengan menyebarkan pengetahuan secara gratis, pada akhirnya memudahkan semua orang yang dapat mengambil pengetahuan tersebut untuk menjadi pandai. Antar rekan di Internet biasanya saling berbagi pengetahuan tersebut dan memperbaiki pengetahuan yang ada agar menjadi lebih baik dan sempurna agar supaya lebih sistem yang dikembangkan menjadi lebih baik.

Penyebaran Pengetahuan Indonesia di Internet
Bagi pembaca yang tertarik untuk mengambil pengetahuan yang saya miliki, silahkan di download dari situs http://www.bogor.net/idkf, http://louis.angin.com/idkf, http://louis.idaman.com/idkf yang dapat di ambil secara gratis (Cuma-Cuma). Akan membutuhkan waktu lama untuk mengambilnya, karena jumlah total ada sekitar 2000+ file di dalamnya, sekitar 1.2Gbyte.

Yang menarik dari adanya infrastruktur Internet, tidak ada lagi alasan bagi para siswa / mahasiswa di luar jawa untuk menjadi bodoh hanya dengan alasan bahwa di sekolah / di kampus mereka ilmu tersebut tidak di ajarkan. Dengan adanya infrastruktur Internet, yang biayanya dapat di tekan demikian murah sampai Rp. 5000 / siswa / bulan. Kesempatan untuk menjadi pandai bagi semua siswa & mahasiswa di Indonesia adalah sama. Perlu di catat, bahwa ilmu yang diperoleh oleh siswa / mahasiswa di Jawa-pun sebagian besar yang bermanfaat adalah yang diperoleh di Internet bukan di kampus. Hal ini pernah diperdebatkan pada saat saya berkunjung ke USU Medan & Makassar, sangat terasa para mahasiswa luar Jawa merasa minder & kurang percaya diri di bandingkan dengan yang di Jawa. Padahal modal mereka sama semua, modal dengkul sebetulnya.

Sialnya, di Indonesia sebagian besar guru besar, dosen lebih suka menggunakan mekanisme hak cipta, copy right & hak paten yang di dukung oleh DIRJEN HAKI dengan UU HAKI-nya di Departemen Kehakiman dengan harapan bisa memproteksi hak  ekonomisnya. Seringkali mereka lupa bahwa pengetahuan yang mereka peroleh di danai oleh uang masyarakat. Akibatnya, yah usaha teman-teman membuat jaringan perpustakan, knowledge infrastructure yang di kembangkan oleh Indonesia Digital Library Network (IndonesiaDLN) http://idln.itb.ac.id, http://indonesiadln.org bahkan software-nya bisa di ambil / di download secara gratis. Akhirnya infrastruktur ini bisa menjadi percuma karena tidak banyak isinya, yang di sebabkan guru besar, dosen, mahasiswa & orang banyak takut meletakan pengetahuan tertulis mereka di IDLN karena takut tidak dapat uang jika ilmunya di ambil orang lain. Bahkan cenderung kalau dapat menjadikan lembaga pendidikan (khususnya pendidikan tinggi), menjadi menara gading dengan berbagai teknik kontrol & akreditasi untuk “menjamin” kualitas lulusan yang akhirnya toh banyak yang menganggur, karena kurikulumnya ketinggalan jaman. Sangat ironis & sangat picik, bagi orang yang berada di negara yang berke-Tuhan-an yang maha Esa, tidak percaya bahwa Allah SWT maha adil & rizki di atur dari atas sana. Konsekuensinya, proses pembodohan yang terjadi pada bangsa ini.

Teknik Memperoleh Pengakuan Masyarakat
Pada masa lalu, berbekal ijazah & nama besar almamater seseorang mencari pekerjaan. Biasanya seorang sarjana S1, kalau sedang untung akan memperoleh gaji awal sekitar Rp. 500-750.000 / bulan kalau sedang untung. Tapi banyak juga saya lihat sarjana S1 yang kurang beruntung dan harus rela untuk memperoleh pekerjaan dengan gaji Rp. 150.000 / bulan.

Memperoleh pengakuan dari masyarakat adalah sebuah seni tersendiri dalam dunia yang pengetahuannya berputar & berkembang demikian cepat di bantu oleh infrastruktur Internet. Ijazah sekolah umumnya di anggap remeh dalam dunia maya. Sialnya lagi, tidak ada badan akreditasi & sertifikasi yang mutlak di Internet. Sebagai alternatif, ada beberapa lembaga / badan yang bisa memberikan akrediatsi & sertifikasi seperti http://www.brainbench.com, http://www.cert21.com, http://www.examsimulators.com, ada juga program sertifikasi dari Industri seperti MCP, MCSE, MCT (Microsoft), CCNA (Cisco) yang dapat memberikan sertifikasi berkaliber internasional. Sertifikasi industri internasional ini yang banyak dikejar oleh orang-orang untuk memperoleh pekerjaan yang layak. Beberapa rekan dari Linux di Medan yang di komandani oleh Pak Umar di Pointer Medan bahkan memperoleh pekerjaan di Malaysia karena mengantongi sertifikat dari http://www.brainbench.com & ternyata kualitas mereka tidak kalah dari orang-orang bule / asing karena kondisi Indonesia yang mengharuskan mereka lebih ulet. Bagi orang yang memperoleh sertifikat kelas Internasional ini umumnya dikejar banyak perusahaan & tidak akan pernah merasa rugi mengeluarkan uang US$100 untuk ujian memperoleh sertifikat tersebut. Sialnya, ilmu yang di test untuk memperoleh sertifikat tersebut tidak pernah di ajarkan di sekolah karena guru & dosen-nya memang tidak memiliki pengetahuan yang mencukupi. Jadi para pengejar sertifikat tersebut harus menimba ilmu itu sendiri, melalui training center profesional atau membaca di Internet secara gratis dan mencoba ilmunya di PC pribadi di rumah.

Bagi yang sulit untuk mengejar sertifikat internasional di atas, masih banyak jalan untuk dapat berkarya di dunia maya tanpa tergantung pada ijazah sekolahnya. Cara paling sederhana adalah “memberitahukan” kepada masyarakat banyak bahwa kita menguasai ilmu pengetahuan tersebut. Cara lain yang juga tidak kalah effektifnya adalah bertumpu pada mekanisme getok tular (mulut ke mulut) agar orang banyak membicarakan tentang ke ahlian kita dan pada akhirnya mengakui kepiawaian kita dalam satu hal tertentu.

Teknik memberitahukan keahlian kita kepada orang lain tentunya tidak bisa dengan cara berteriak & mengirimkan e-mail kemana-mana berisi “saya adalah pakar TI lho” pasti yang membaca akan merasa geli & kasian melihat anda. Cara yang lebih halus adalah dengan cara berpartisipasi aktif di berbagai kegiatan / aktifitas / diskusi di Internet. Setiap kali ada orang yang bertanya di usahakan untuk kita jawab semakimal mungkin, jika ada hal-hal yang belum kita mengerti kita berusaha semaksimal mungkin untuk mencari jawabannya. Kualitas jawaban yang kita berikan akan di nilai oleh khalayak diskusi di Internet, semakin baik jawabannya akan semakin tinggi rasa hormat / respect masyarakat kepadanya. Pada tingkat ini, pengakuan masyarakat kepada anda telah terjadi – istilahnya anda menjadi “beken”. Pekerjaan akan dengan sendiri-nya datang kepada anda jika orang banyak melihat kepiawaian anda dalam menjelaskan segala sesuatu hal tersebut.

Ada banyak sekali tempat diskusi di Internet, ada yang berupa channel chatting ada yang berupa mailing list melalui e-mail. Salah satu pangkalan terbesar mailing list di http://www.yahoogroups.com yang dapat dilanggan secara gratis. Biaya untuk aktif di mailing list sangatlah rendah, karena saya mem-POP semua mail yang jumlahnya sekitar 600-an mail/hari ke PC saya dirumah. Saya membutuhkan hanya sekitar Rp. 40-60.000 / bulan untuk ISP, dan Rp. 200-250.000 / bulan untuk Telkom (kalau pulsa-nya tidak jadi dinaikan).

Cara lain untuk menjadi “beken” adalah menyebarkan hasil karya kita berupa tulisan & software. Owo Sugiono dari rab.co.id misalnya harus diakui sebagai ahli dalam bidang basis data di Linux menggunakan Postgres, proses pengakuan ini terjadi setelah Owo melepaskan software billing system untuk WARNET di Linux secara gratis di samping Owo aktif di berbagai mailing list Linux di Internet. Made Wiryana, Ase, Rusmanto, Toosa, Michael Sunggiardi, Y. Sumaryo dan banyak sekali rekan-rekan ini yang menjadi “beken” karena memberikan pengetahuan yang mereka miliki ke masyarakat luas.

Kemampuan tulis menulis menjadi mutlak di perlukan bagi seseorang yang ingin menyebarkan pengetahuannya ke masyarakat dan pada akhirnya memperoleh pengakuan dari masyarakat. Kita cukup beruntung pada hari ini telah di bentuk pangkalan para penulis teknologi informasi di penulis-ti@yahoogroups.com yang bisa dijadikan ajang saling belajar untuk menjadi penulis teknologi informasi secara gratisan, beberapa orang di situ merupakan penulis yang bukan hanya menulis artikel di media, tapi juga buku – Tabratas misalnya masih mahasiswa di ITB tapi sudah menulis buku mengalahkan dosen-nya & aktif di penulis-ti.

Keberadaan komunitas penulis ini ternyata di sambut baik oleh berbagai media maupun vendor komputer. Rekan-rekan di Hewlett Packard (HP) Indonesia misalnya telah berinteraksi dengan rekan penulis-ti, dan mulai menjajagi kemungkinan untuk memberikan ilmu / whitepaper yang ada di HP kepada para penulis ini agar pengetahuan dapat menyebar ke masyarakat banyak. Bahkan bersama rekan-rekan di HP Press Club kemungkinan akan menyelenggarakan seminar / workshop secara periodik untuk membuka wawasan pengetahuan para wartawan, reporter dan penulis di bidang teknologi informasi. Belum lagi rencana untuk memberikan hadiah-hadiah bagi para penulis TI yang baik oleh HP & Cisco.

Penutup
Menjadi pandai & pakar jelas tidak harus semata melalui sekolah & ijazah, masih banyak cara untuk menjadikan seseorang pandai & pakar. Ilmu pengetahuan yang lebih maju lebih banyak berada di Internet & untungnya, dapat di ambil sebagian besar secara gratis. Kemampuan tulis menulis & niat untuk menyebarkan pengetahuan / karya anda pada masyarakat menjadi suatu yang mutlak harus dilakukan untuk memperoleh pengakuan dari masyarakat banyak – sekedar ijazah tidak menjamin pengakuan masyarakat.

Tidak ada lagi alasan kesenjangan antara Jawa & luar Jawa, bagi anda yang cukup pandai & dapat membangun infrastruktur Internet dengan biaya Rp. 5000 / bulan / siswa. Bukan mustahil 5-10 tahun lagi bangsa ini menjadi bangsa yang besar & tidak harus tergantung pada para elit politik yang kerjanya berkelahi saja.

Sumber : Onno W. Purbo

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.