Tanggal 2 Mei kita peringati sebagai Hari Pendidikan Nasional karena pada tanggal itulah lahir seorang pejuang besar, Ki Hadjar Dewantara yang mendarmabaktikan seluruh hidupnya bagi kemajuan bangsa dan Negara melalui bidang pendidikan. Beliau adalah orang Indonesia pertama yang meletakkan dasar pendidikan nasional kita, yaitu paduan yang utuh antara kecerdasan fikiran, keluhuran budi pekerti dan semangat kebangsaan. Sebagai penghormatan kepada cita-cita pejuang besar itulah tanggal 2 Mei ditetapkan sebagai Hari Pendidikan Nasional. Tujuannya adalah untuk selalu mengingatkan kita semua mengenai arti penting pendidikan bagi kelangsungan dan kemajuan Indonesia. Sebuah cita-cita dan perjuangan yang relevan dan tidak terbantahkan kebenarannya untuk selalu diperjuangkan sepanjang zaman.
Tanggal 20 Mei kita peringati sebagai Hari Kebangkitan Nasional, karena pada tanggal itulah lahir sebuah organisasi/perkumpulan Budi Utomo. Budi utomo lahir didorong oleh kesadaran yang tinggi dari kaum muda terpelajar yang ingin membebaskan diri dari cengkeraman penjajah. Walaupun disana sini masih diwarnai oleh sifat kedaerahan, namun kelahiran Budi Utomo menandai babak baru bangkitnya kesadaran nasional bangsa Indonesia. Kesadaran bahwa kita hanya bisa membebaskan diri dari belenggu penjajahan apabila kita berjuang dengan cara-cara yang sesuai dengan zamannya dan bersatu padu sebagai bangsa.
Ada kaitan yang erat antara pendidikan dengan kebangkitan suatu bangsa. Tumbuhnya kesadaran baru ataupun pembaharuan-pembaharuan di suatu Negara, hampir dapat dipastikan dipelopori oleh kaum muda terpelajar yang memiliki wawasan kebangsaan yang tinggi. Tanpa adanya kaum terpelajar yang memiliki wawasan kebangsaan, sulit kita membayangkan adanya era perjuangan baru yang kita namakan kebangkitan nasional. Budi Utomo dipelopori oleh pemuda-pemuda kita yang mengenyam pendidikan tinggi. Budi Utomo memberi kesadaran baru bagi berbagai suku di Negara kita, bahwa kita adalah bangsa besar yang hidup dalam sebuah Negara besar. Perjuangan menghadapi penjajah tidak mungkin lagi dilakukan secara local dan sendiri-sendiri, tetapi harus dilakukan dalam bentuk nasional dan bersama-sama. Dengan adanya Budi Utomo, setahap demi setahap tumbuh semangat keindonesiaan, tanpa mempersoalkan perbedaan suku, daerah, asal usul ataupun agama. Kesadaran kebangsaan itu akhirnya mewujudkan dan melahirkan Sumpah Pemuda yang menegaskan seluruh bangsa Indonesia bahwa kita bertanah air, berbangsa dan berbahasa satu ialah Indonesia. Puncaknya adalah keberhasilan bangsa Indonesia memproklamirkan kemerdekaan Indonesia pada tanggal 17 Agustus 1945.
Melihat sejarah kita dimasa lalu dikaitkan dengan perjalanan bangsa kita ke depan, tentu kita merasa prihatin. Wawasan kebangsaan bangsa kita yang dibangun setahap demi setahap memang tidak ada keraguan bagi kita, namun bagaimana dengan dunia pendidikan? Ada beberapa hal yang merisaukan kita. Bukankah para pemuda dan pelajar kita dewasa ini begitu bangga dengan predikat lulusan luar negeri. Padahal dahulu berlaku sebaliknya. Dahulu para pemuda dan pelajar Negara-negara tetangga sangat bangga apabila dapat mengenyam pendidikan di perguruan-perguruan tinggi kita, serta para dosen dan guru-guru kita banyak diminta untuk mengajar di sekolah-sekolah mereka. Tentu ada yang salah dengan dunia pendidikan kita. Hal ini hendaknya menjadi pembelajaran bagi kita bahwa meningkatnya rasa kebangsaan harus diimbangi dengan peningkatan kualitas sumber daya manusia, khususnya dari pendidikan. Sejarah adalah pengalaman dan pelajaran yang sangat berharga bagi perjalanan bangsa selanjutnya. Dengan belajar dari sejarah sendiri, kita akan lebih hati-hati serta arif dan bijaksana dalam menentukan arah perjalanan bangsa kedepan. Dewasa ini, kita memang merindukan pemikiran dari sosok-sosok seperti Ki Hadjar Dewantoro, dr. Wahidin Sudiro Husodo, dr. Sutomo dan dr. Suwardi Surjaningrat.
Munculnya berbagai rencana Indonesia masa depan hendaknya disambut dengan baik namun kritis. Dalam hal ini yang penting adalah wawasan strategis, semangat berkorban, dan aksi bersama merupakan modal sejarah dari tokoh dan organisasi sosial-politik pada masa lalu.
Sejauh manakah kebangunan atau kebangkitan ini menghasilkan kemajuan bagi Indonesia sekarang serta menjadi modal dan energi sosial bagi masa depan?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.