Mahaagung Alloh Azza wa Jalla, yang dengan ilmu-Nya yang Mahaluas telah membuat jagat raya beserta seluruh isinya tercipta. Betapa Dia menciptakan segala yang dikehendaki-Nya itu cukup dengan berfirman, "Kun Fayakuun !". Sungguh, tak akan pernah ada satu makhluk pun di bumi ataupun di langit yang mampu menandingi-Nya karena laa haula walaa quwwata illaa billaahil 'aliyyil 'azhiim.
Ah, manusia dan segenap makhluk lainnya, memang makhluk yang teramat lemah, kecuali diberi kekuatan oleh Dzat yang Maha Perkasa !
Alloh berfirman, "Dan seandainya pohon-pohon di bumi menjadi pena dan laut (menjadi tinta), ditambahkan kepadanya tujuh laut (lagi) sesudah (kering) nya, niscaya tidak akan habis-habisnya (dituliskan) kalimat (ilmu dan hikmah) Alloh. Sesungguhnya Alloh Mahaperkasa lagi Mahabijaksana." (QS Lukman [31] : 27)
Jadi, kalaupun di dunia ini ada orang yang memiliki ilmu yang tinggi karena Alloh telah mengaruniainya kecerdasan yang tinggi pula, demi Alloh, tak lebih dari setetes air di samudera yang luas. Mengapa seseorang mesti ujub, riya' dan takabur karena ilmu yang cuma setetes? Padahal mestinya semakin tinggi ilmu seseorang itu haruslah semakin membuatnya takut kepada Alloh. Seseorang menjadi ujub, riya' dan takabur karena merasa ilmunya tinggi, apalagi bila digunakan untuk membuat kerusakan dan kemudharatan di muka bumi, tiada lain karena ilmu yang dimilikinya itu tidak mengandung hikmah dan manfaat.
Oleh karena itu, Rasulullah SAW pernah memohon dalam doanya, "Allaahumma inni a'uudzubika min 'ilmin laa yanfa'u". 'Ya, Alloh, aku berlindung kepada-Mu dari ilmu yang tidak bermanfaat.'
Sahabat, setiap manusia memiliki kesadaran akan keberadaannya di dunia ini tentulah menginginkan untuk selalu menuntut dan menambah ilmunya. Ilmu Alloh yang tersebar di jagat raya ini sungguh teramat luas. Bahkan usia kita pun tak akan cukup untuk mempelajarinya.
Seseorang tentulah berharap dapat menggunakan sisa umur yang singkat ini untuk memperoleh ilmu yang bermanfaat. Karenanya, Rasulullah SAW mengajarkan doa tersebut supaya kita terhindar dari memperoleh ilmu yang tidak memberikan kemanfaatan bagi diri kita.
Seperti apakah ilmu yang bermanfaat itu ? Beberapa riwayat berikut ini Insya Alloh dapat menjelaskannya.
Dalam sebuah riwayat disebutkan bahwa Alloh SWT Memberi wahyu kepada Nabi Dawud a.s. Firman-Nya, "Wahai, Dawud. Pelajarilah olehmu ilmu yang bermanfaat."
"Ya, Rabbi. apakah ilmu yang bermanfaat itu ? " tanya Nabi Dawud.
"Ialah ilmu yang bertujuan untuk mengetahui keluhuran, keagungan, kebesaran, dan kesempurnaan kekuasaan-Ku atas segala sesuatu.Inilah yang mendekatkan engkau kepada-Ku."
Dalam sebuah Hadits yang diriwayatkan oleh Ar Rabi-i', Rasulullah SAW bersabda, "Tuntutlah ilmu. Sesungguhnya, menuntut ilmu adalah pendekatan diri kepada Alloh Azza wa Jalla, sedangkan
Mengajarkannya kepada orang yang tidak mengetahuinya adalah shadaqah. Sesungguhnya ilmu pengetahuan adalah keindahan bagi ahlinya didunia dan akhirat."
Ternyata ilmu yang bermanfaat itu adalah ilmu yang menyebabkan kita semakin dapat mengenal Alloh. Seseorang menuntut ilmu apapun, sekiranya ilmu yang dituntutnya itu dapat membuatnya semakin kagum akan demonstrasi kebesaran Dzat Maha Pencipta, menjadikannya semakin takut dan taat kepada-Nya, maka itu berarti ia telah dikaruniai ilmu yang bermanfaat.
Ilmu yang bisa menjadi jalan taat kepada Alloh akan membuat seseorang mampu bersikap tawadhu dan rendah hati di hadapan orang lain. Ibarat padi yang semakin berisi semakin merunduk, maka semakin bertambah ilmunya, semakin membuat hatinya bersih dari penyakit yang tercela. Ia akan senantiasa berusaha memelihara diri dari sifat ujub, riya', sum'ah (ingin populer), takabur, serta memandang remeh orang lain.
Bahkan dengan ilmunya pula ia akan menjadi jalan bagi sebesar-besar kemaslahatan dan kemanfaatan bagi orang-orang dan lingkungan di sekitarnya. Keberadaannya seperti cahaya lentera penerang dalam kegelapan, menjadi penunjuk jalan bagi orang yang tersesat langkah. Orang-orang di sekelilingnya akan merasa tenang dan tenteram atas kehadirannya.
Oleh karena itu, tidak bisa tidak orang pun akan sangat menghargai dan memuliakannya. Betapa tidak! Karena, Alloh sendiri telah berjanji melalui firman-Nya, " ....Alloh akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. Dan, Alloh Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan." (QS Al Mujaadilah [58] : 11)
Kemudian, hal yang harus diperhatikan adalah bahwa resep menuntut ilmu yang bisa mendatangkan kemanfaatan adalah niat yang ikhlas semata-mata berharap keridhaan dari Alloh Azza wa Jalla.
Dalam Kitab Bidayatul Hidayah, Imam Al Ghazali menulis sebagai berikut : "Wahai, hamba Alloh yang rajin menuntut ilmu. Jika kalian menuntut ilmu, hendaknya dengan niat yang ikhlas karena Alloh semata-mata. Di samping itu, juga dengan niat karena melaksanakan kewajiban karena menuntut ilmu wajib hukumnya, sebagaimana Rasulullah SAW bersabda, "Menuntut ilmu itu wajib bagi setiap orang Islam laki-laki maupun perempuan" [HR Ibnu Abdul barr]
Janganlah sekali-kali engkau menuntut ilmu dengan maksud untuk bermegah-megahan, sombong, berbantah-bantahan, menandingi dan mengalahkan orang lain (lawan bicara), atau supaya orang mengagumimu. Jangan pula engkau menuntut ilmu untuk dijadikan sarana mengumpulkan harta benda kekayaan duniawi. Yang demikian itu berarti merusak agama dan mudah membinasakan dirimu sendiri.
Nabi SAW mencegah hal seperti itu dengan sabdanya. "Barangsiapa menuntut ilmu yang biasanya ditujukan untuk mencari keridhaan Alloh, tiba-tiba ia tidak mempelajarinya, kecuali hanya untuk
Mendapatkan harta benda keduniaan, maka ia tidak akan memperoleh bau harumnya surga pada hari kiamat. " [HR Abu Dawud]
Dalam Hadits lain, Rasulullah SAW bersabda, “Janganlah kalian menuntut ilmu untuk membanggakannya terhadap para ulama dan untuk diperdebatkan di kalangan orang-orang bodoh dan buruk perangainya. Jangan pula menuntut ilmu untuk penampilan dalam majelis (pertemuan atau rapat) dan untuk menarik perhatian orang-orang kepadamu. Barangsiapa seperti itu, maka baginya neraka...neraka." [HR Tirmidzi & Ibnu Majah]
"Seorang 'alim apabila menghendaki dengan ilmunya keridhaan Alloh, maka dia akan ditakuti oleh segalanya. Akan tetapi, jika dia bermaksud untuk menumpuk harta, maka dia akan takut dari segala sesuatu." demikian sabda Nabi SAW dalam riwayat lain. [HR. Ad Dailami]
Nah, Sahabat, kita memang harus menggunakan waktu yang sangat singkat di dunia ini untuk menuntut ilmu yang bermanfaat bagi agama maupun bagi kemaslahatan diri dan sesama. Ilmu yang bermanfaat adalah ilmu yang bisa menambah ketakwaan dan ma'rifat kepada Alloh. Ilmu yang bisa menambah kemampuan kita untuk melihat cacat dan cela diri sendiri. Ilmu yang dapat mengurangi kegilaan kita kepada materi keduniaan, tetapi sebaliknya dapat menambah cinta kita kepada kampung akhirat. Juga, ilmu yang dapat membuka mata terhadap hal-hal yang merusak amal-amal kita.
Hendaknya kita takut terhadap ilmu yang tidak bermanfaat karena tidak hanya akan membawa kemudharatan di dunia, tetapi juga di akhirat kelak.
Ah, manusia dan segenap makhluk lainnya, memang makhluk yang teramat lemah, kecuali diberi kekuatan oleh Dzat yang Maha Perkasa !
Alloh berfirman, "Dan seandainya pohon-pohon di bumi menjadi pena dan laut (menjadi tinta), ditambahkan kepadanya tujuh laut (lagi) sesudah (kering) nya, niscaya tidak akan habis-habisnya (dituliskan) kalimat (ilmu dan hikmah) Alloh. Sesungguhnya Alloh Mahaperkasa lagi Mahabijaksana." (QS Lukman [31] : 27)
Jadi, kalaupun di dunia ini ada orang yang memiliki ilmu yang tinggi karena Alloh telah mengaruniainya kecerdasan yang tinggi pula, demi Alloh, tak lebih dari setetes air di samudera yang luas. Mengapa seseorang mesti ujub, riya' dan takabur karena ilmu yang cuma setetes? Padahal mestinya semakin tinggi ilmu seseorang itu haruslah semakin membuatnya takut kepada Alloh. Seseorang menjadi ujub, riya' dan takabur karena merasa ilmunya tinggi, apalagi bila digunakan untuk membuat kerusakan dan kemudharatan di muka bumi, tiada lain karena ilmu yang dimilikinya itu tidak mengandung hikmah dan manfaat.
Oleh karena itu, Rasulullah SAW pernah memohon dalam doanya, "Allaahumma inni a'uudzubika min 'ilmin laa yanfa'u". 'Ya, Alloh, aku berlindung kepada-Mu dari ilmu yang tidak bermanfaat.'
Sahabat, setiap manusia memiliki kesadaran akan keberadaannya di dunia ini tentulah menginginkan untuk selalu menuntut dan menambah ilmunya. Ilmu Alloh yang tersebar di jagat raya ini sungguh teramat luas. Bahkan usia kita pun tak akan cukup untuk mempelajarinya.
Seseorang tentulah berharap dapat menggunakan sisa umur yang singkat ini untuk memperoleh ilmu yang bermanfaat. Karenanya, Rasulullah SAW mengajarkan doa tersebut supaya kita terhindar dari memperoleh ilmu yang tidak memberikan kemanfaatan bagi diri kita.
Seperti apakah ilmu yang bermanfaat itu ? Beberapa riwayat berikut ini Insya Alloh dapat menjelaskannya.
Dalam sebuah riwayat disebutkan bahwa Alloh SWT Memberi wahyu kepada Nabi Dawud a.s. Firman-Nya, "Wahai, Dawud. Pelajarilah olehmu ilmu yang bermanfaat."
"Ya, Rabbi. apakah ilmu yang bermanfaat itu ? " tanya Nabi Dawud.
"Ialah ilmu yang bertujuan untuk mengetahui keluhuran, keagungan, kebesaran, dan kesempurnaan kekuasaan-Ku atas segala sesuatu.Inilah yang mendekatkan engkau kepada-Ku."
Dalam sebuah Hadits yang diriwayatkan oleh Ar Rabi-i', Rasulullah SAW bersabda, "Tuntutlah ilmu. Sesungguhnya, menuntut ilmu adalah pendekatan diri kepada Alloh Azza wa Jalla, sedangkan
Mengajarkannya kepada orang yang tidak mengetahuinya adalah shadaqah. Sesungguhnya ilmu pengetahuan adalah keindahan bagi ahlinya didunia dan akhirat."
Ternyata ilmu yang bermanfaat itu adalah ilmu yang menyebabkan kita semakin dapat mengenal Alloh. Seseorang menuntut ilmu apapun, sekiranya ilmu yang dituntutnya itu dapat membuatnya semakin kagum akan demonstrasi kebesaran Dzat Maha Pencipta, menjadikannya semakin takut dan taat kepada-Nya, maka itu berarti ia telah dikaruniai ilmu yang bermanfaat.
Ilmu yang bisa menjadi jalan taat kepada Alloh akan membuat seseorang mampu bersikap tawadhu dan rendah hati di hadapan orang lain. Ibarat padi yang semakin berisi semakin merunduk, maka semakin bertambah ilmunya, semakin membuat hatinya bersih dari penyakit yang tercela. Ia akan senantiasa berusaha memelihara diri dari sifat ujub, riya', sum'ah (ingin populer), takabur, serta memandang remeh orang lain.
Bahkan dengan ilmunya pula ia akan menjadi jalan bagi sebesar-besar kemaslahatan dan kemanfaatan bagi orang-orang dan lingkungan di sekitarnya. Keberadaannya seperti cahaya lentera penerang dalam kegelapan, menjadi penunjuk jalan bagi orang yang tersesat langkah. Orang-orang di sekelilingnya akan merasa tenang dan tenteram atas kehadirannya.
Oleh karena itu, tidak bisa tidak orang pun akan sangat menghargai dan memuliakannya. Betapa tidak! Karena, Alloh sendiri telah berjanji melalui firman-Nya, " ....Alloh akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. Dan, Alloh Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan." (QS Al Mujaadilah [58] : 11)
Kemudian, hal yang harus diperhatikan adalah bahwa resep menuntut ilmu yang bisa mendatangkan kemanfaatan adalah niat yang ikhlas semata-mata berharap keridhaan dari Alloh Azza wa Jalla.
Dalam Kitab Bidayatul Hidayah, Imam Al Ghazali menulis sebagai berikut : "Wahai, hamba Alloh yang rajin menuntut ilmu. Jika kalian menuntut ilmu, hendaknya dengan niat yang ikhlas karena Alloh semata-mata. Di samping itu, juga dengan niat karena melaksanakan kewajiban karena menuntut ilmu wajib hukumnya, sebagaimana Rasulullah SAW bersabda, "Menuntut ilmu itu wajib bagi setiap orang Islam laki-laki maupun perempuan" [HR Ibnu Abdul barr]
Janganlah sekali-kali engkau menuntut ilmu dengan maksud untuk bermegah-megahan, sombong, berbantah-bantahan, menandingi dan mengalahkan orang lain (lawan bicara), atau supaya orang mengagumimu. Jangan pula engkau menuntut ilmu untuk dijadikan sarana mengumpulkan harta benda kekayaan duniawi. Yang demikian itu berarti merusak agama dan mudah membinasakan dirimu sendiri.
Nabi SAW mencegah hal seperti itu dengan sabdanya. "Barangsiapa menuntut ilmu yang biasanya ditujukan untuk mencari keridhaan Alloh, tiba-tiba ia tidak mempelajarinya, kecuali hanya untuk
Mendapatkan harta benda keduniaan, maka ia tidak akan memperoleh bau harumnya surga pada hari kiamat. " [HR Abu Dawud]
Dalam Hadits lain, Rasulullah SAW bersabda, “Janganlah kalian menuntut ilmu untuk membanggakannya terhadap para ulama dan untuk diperdebatkan di kalangan orang-orang bodoh dan buruk perangainya. Jangan pula menuntut ilmu untuk penampilan dalam majelis (pertemuan atau rapat) dan untuk menarik perhatian orang-orang kepadamu. Barangsiapa seperti itu, maka baginya neraka...neraka." [HR Tirmidzi & Ibnu Majah]
"Seorang 'alim apabila menghendaki dengan ilmunya keridhaan Alloh, maka dia akan ditakuti oleh segalanya. Akan tetapi, jika dia bermaksud untuk menumpuk harta, maka dia akan takut dari segala sesuatu." demikian sabda Nabi SAW dalam riwayat lain. [HR. Ad Dailami]
Nah, Sahabat, kita memang harus menggunakan waktu yang sangat singkat di dunia ini untuk menuntut ilmu yang bermanfaat bagi agama maupun bagi kemaslahatan diri dan sesama. Ilmu yang bermanfaat adalah ilmu yang bisa menambah ketakwaan dan ma'rifat kepada Alloh. Ilmu yang bisa menambah kemampuan kita untuk melihat cacat dan cela diri sendiri. Ilmu yang dapat mengurangi kegilaan kita kepada materi keduniaan, tetapi sebaliknya dapat menambah cinta kita kepada kampung akhirat. Juga, ilmu yang dapat membuka mata terhadap hal-hal yang merusak amal-amal kita.
Hendaknya kita takut terhadap ilmu yang tidak bermanfaat karena tidak hanya akan membawa kemudharatan di dunia, tetapi juga di akhirat kelak.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.